
                
Dalam artikel kali ini, Asadul  Jihad ats-Tsani kembali menuturkan beberapa pengalaman pribadinya dan  orang-orang dekat syaikh Usamah bin Ladin rahimahullah selama menemani  syaikh Usamah. Banyak hal diceritakannya. Dari pengalaman di medan  perang Afghanistan, keakraban dengan semua orang yang bergaul dengan  beliau, hingga penghormatannya kepada seorang ibu mujahid dari Makah dan  tangis bahagia seorang nenek tua di Sudan.
***
Kisah # 23
Seringkali para ikhwah mengundang beliau untuk menyampaikan khutbah  atau nasehat buat mereka. Namun Syaikh Usamah termasuk orang yang tidak  menyukai hal itu. Bahkan seringkali beliau menghindari berkhutbah di  kalangan ikhwah kecuali jika ada suatu keperluan yang mendesak.
Kisah # 24
Suatu kali ada seorang ikhwah datang ke masjid untuk shalat jum’at.  Lalu di sana dia melihat ada Syaikh Usamah sedang duduk dengan memeluk  lututnya sambil menunggu shalat sebelum khatib masuk. Maka ikhwah kita  ini mengatakan dalam hatinya: “
Hari ini saya tidak ada kerjaan sampai datang waktu khutbah, selain melihat dan memperhatikan Syaikh Usamah,” — lantaran sangat cintanya mereka kepada beliau —.
Ketika itu Syaikh Usamah kelihatan memegang sebuah mushaf kecil yang  beliau keluarkan dari saku beliau. Beliau pun membacanya. Tiba-tiba, di  tengah-tengah beliau membaca Al Qur’an itu, beliau menengadahkan  pandangannya ke langit sambil merenung dengan tenang. Beliau terus dalam  keadaan seperti itu dalam waktu yang sangat lama sekali kira-kira satu  jam. Ikhwah kita tersebut pun terus memperhatikan beliau dari jauh.  Kemudian para jamaah mulai berdatangan ke masjid sampai masjid hampir  penuh, sedangkan Syaikh Usamah masih saja menengadahkan pandangannya ke  langit.

Kita tidak tahu apa yang sedang beliau renungkan dan ayat yang mana  yang sedang beliau tadabburi sampai beliau lama sekali memikirkannya.  Beliau terus dalam keadaan seperti itu dalam waktu yang tidak sebentar.  Sampai akhirnya khatib naik mimbar dan mengucapkan salam kepada para  jamaah. Syaikh Usamah pun menyahut, lalu kembali tenggelam dalam  tadabburnya tadi. Akhirnya beliau menutup mushafnya dan mendengarkan  khutbah. Dan kita tidak tahu apa yang tengah beliau pikirkan dan ayat  mana yang menjadikan beliau menerawang sampai begitu lama.
Kisah # 25
Syaikh Usamah selalu menasehatkan agar tidak merasakan kenapa  kemenangan datang begitu lambat, agar pelan dan hati-hati, dan agar  senantiasa sabar. Di antara perkataan beliau yang selalu beliau  ulang-ulang adalah: “
Sesungguhnya kemenangan itu dapat diraih dengan  kesabaran sesaat, sedangkan kita ingin selain sabar sesaat, kita  bersabar dua kali lipatnya lagi.”
Kisah # 26
Di antara ucapan beliau lainnya yang sering beliau ucapkan, sampai ketika bom-bom dan rudal-rudal membombardir bumi di sekitar mujahidin, adalah: “
Supaya datang kelapangan … harus ada kesempitan.”
Kisah # 27
Ucapan beliau lainnya lagi adalah: “
Setiap hari yang dilalui  seorang mujahid dalam perang gerilya ini sedangkan dia terus berperang,  maka itu terhitung satu kemenangan, karena ini adalah proses menguras  tenaga musuh.”
Kisah # 28
Ucapan agung lain yang beliau ucapkan dalam memberikan motivasi untuk melakukan amaliyah istisyhadiyah adalah: “
Lebah  itu kalau menyengat 9 kali di kepala maka akan dapat menewaskan orang  yang disengatnya. Hendaknya para mujahidin merenungkan hal ini.”
Kisah # 29
Beliau memilih lebih dekat dengan para ikhwah yang telah menikah dari  pada ikhwah yang belum menikah. Sampai-sampai terkadang ada ikhwah yang  mengatakan kepada beliau bahwa si fulan (yang belum menikah) itu lebih  pantas daripada si fulan (yang telah menikah). Maka beliau mengatakan  bahwa orang yang telah menikah itu pikirannya lebih cemerlang dan  orangnya lebih tahan dalam berhijrah.
Kalau ada yang bertanya kepada beliau: “
Apakah saya lebih baik  menikah, atau justru kalau saya menikah akan menghalangiku berjihad atau  menghalangiku dari sebagian pekerjaan jihad?”
Maka beliau menjawab: “
Kalaupun di antara antum itu ada yang berada di mulut singa maka jangan sampai hal itu menghalanginya untuk menikah!!!”
Engkau benar wahai Syaikh kami, dan saya telah merasakannya. Maka hendaknya para ikhwah yang masih bujang memikirkan hal ini…
Kisah # 30
Di antara ucapan beliau yang lain adalah: “
Jika aku terbunuh atau  meninggal, maka janganlah kecintaan kalian kepadaku menjadikannya  meninggalkan jalan perjuangan ini. Tapi dengar dan taatlah kepada siapa  saja yang menjadi pimpinan kalian!” Semoga Allah melindungi beliau dan memberikan berkah pada umur beliau.
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya.
 
Kisah # 31
Alangkah miripnya malam ini dengan malam kemarin. Pernah  Syaikh Usamah memberikan nasehat kepada Taliban agar dalam berperang  melawan orang-orang murtad (pengkhianat) — ini terjadi sebelum  penyerangan bangsa Salibis ke Afghanistan, Oktober 2001— hendaknya  menempatkan satu penjagaan di atas gunung Shabir. Padahal jarak antara  gunung tersebut dengan musuh sekitar 15 km, akan tetapi gunung ini  langsung bersambung dengan jalan satu-satunya yang mengarah ke sana.
Namun Taliban tidak mengambil masukan dari Syaikh Usamah tersebut.  Maka Syaikh Usamah pun menempatkan satu penjagaan sendiri di sana. Maka  pada saat musuh hampir saja menguasai kota Kabul setelah mereka nyaris  menguasai gunung, Syaikh Usamah pun menembaki musuh dengan senjata anti  pesawat, untuk mengirimkan pesan kepada Taliban bahwa kami masih tetap  bersama kalian melindungi kalian dari arah belakang, maka tetaplah  kalian bertahan.
Kemudian Syaikh Usamah memerintahkan agar bergerak ke arah sebuah  tank peninggalan Rusia yang telah rusak yang telah disamarkan dalam  khandaq. Padahal para ikhwah tidak membawa roket anti tank kecuali satu  saja. Roket itu pun mereka pasang dan mereka tetap berjaga di sana  sampai roket tersebut ditembakkan tepat di tengah-tengah musuh. Musuh  pun akhirnya mundur ke belakang dan atas karunia Allah semata beliau  berhasil menghentikan serangan musuh yang hampir saja merebut kota  Kabul!!
Alangkah miripnya malam ini dengan malam kemarin.
Kisah # 32
Apabila beliau pergi ke pasar untuk membeli beberapa keperluan, beliau meletakkan ujung surban beliau di muka karena 
saking pemalunya beliau.
Kisah # 33
  | 
| Syaikh Usamah sewaktu di Sudan | 
Pada saat di tinggal Sudan, ada seorang nenek yang memegangi baju  beliau dan meminta uang. Padahal Syaikh Usamah itu sangat pemalu dengan  orang yang tidak beliau kenal. Pada saat itu Syaikh Usamah tidak membawa  uang. Maka beliau melihat kepada ikhwah yang membawa uang beliau,  beliau panggil ikhwah tersebut dan beliau mengambil uang yang banyak  sekali kemudian beliau berikan kepada nenek tersebut, karena sangat  belas kasih beliau kepada nenek tersebut. Nenek itu pun memandangi uang  sangat banyak yang ada di tangannya yang diberikan kepadanya itu, seolah  tidak percaya.
Maka terjadilah situasi yang besar. Nenek itu berlutut sambil  menangis. Ia menengadahkan tangannya ke langit dan mendoakan Syaikh  Usamah dengan sangat serius sambil menangis.
Kami tidak tahu apa yang terjadi lantaran berkah doa nenek tersebut kepada Syaikh Usamah.
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya!
Kisah # 34
Ada seorang ibu, penduduk Makah semoga Allah memuliakannya, umurnya  sudah enam puluh tahun lebih. Kunyah (nama panggilan)nya Ummu Umar  Al-Makkiyah, semoga Allah melindunginya. Anaknya termasuk orang yang  ikut berjihad di Afghanistan sebelum serangan bangsa Salibis sekarang  ini. Ibu ini biasa mengirim secara rutin ke Afghanistan beberapa karton  makanan olahan dari korma yang ia buat sendiri dengan tangannya. Ibu ini  sudah terkenal dengan kirimannya tersebut. Para ikhwah selalu menunggu  dan merindukan makanan olahan tersebut dan mereka menyebutnya dengan nama 
ma’mul Ummi Umar Al-Makkiyah.
Suatu kali ibu ini datang ke Afghanistan untuk menengok anaknya.  Sesampainya di sana ibu ini bersumpah untuk pergi ke front untuk  berjihad dan menembak fi sabilillah. Maka Syaikh Usamah pun menyambutnya  dengan mulia, kemudian membawanya dari Peshawar ke front Jalalabad. Ibu  itu pun dipersilahkan menembakkan 
Aldchka, Syaikh Usamah mempersilahkan ibu itu untuk menunaikan sumpahnya.
Kisah # 35
Syaikh Usamah dikenal sebagai orang yang sangat santun sekali. Berikut ini kami ceritakan sebagian dari kisahnya.
Ada seorang ikhwah yang duduk berhadap-hadappan dengan Syaikh Usamah,  lututnya di dekatkan dengan lutut Syaikh, sambil memprotes Syaikh  Usamah dengan sangat keras sekali. Ikhwah yang satu ini memang sudah  terkenal jika sedang marah ia tidak lagi dapat konsentrasi dan tidak  dapat mengendalikan diri. Ikhwah ini menudingkan telunjuknya ke wajah  Syaikh dan berbicara dengan suara yang sangat tinggi. Ia katakan, kenapa  begini dan kenapa begitu.
Syaikh Usamah hanya diam dan tidak membantahnya. Maka ikhwah kita yang satu ini mengatakan kepada Syaikh Usamah: 
Saya minta darimu ini, ini, dan itu. Syaikh Usamah menjawab: “Semua permintaanmu akan terkabul, 
insya Allah…”
Kemudian ikhwah kita ini keluar sambil mangangguk-anggukkan  kepalanya, ia sangat menyesali apa yang ia lakukan, setelah ia sadar.  Ikhwah tersebut duduk sambil melihat jarinya dan mengatakan kepada  dirinya sendiri: “
Bagaimana saya bisa mengangkat suaraku dan jariku  ke wajah Syaikh Usamah … Dan bagaimana Syaikh tidak menghardikku sama  sekali, bahkan justru mengabulkan permintaanku …?”
Kisah # 36
Pernah seorang pengaku salafi dalam suatu majelis di hadapan banyak  orang dan di hadapan Syaikh Usamah dan para pengawal beliau, dia  mengatakan kepada Syaikh Usamah — dengan gaya yang sangat tidak beradab  dan tanpa hormat sedikitpun —: “
Kamu salah dalam ini dan itu!!!”  Para pengawal Syaikh Usamah pun menunggu-nunggu isyarat dari Syaikh  Usamah untuk bertindak sesuatu. Akan tetapi Syaikh Usamah tidak memotong  perkataan orang tersebut meski dengan satu kata, sampai orang itu  menyelesaikan tuduhan-tuduhannya.
Kemudian Syaikh Usamah mengatakan kepada salah seorang pengawalnya: “
Periksalah kondisinya, jika dia orang yang kekurangan maka bantulah dia dalam masalah duniawinya.”
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya!
Kisah # 37
Syaikh Usamah juga pernah mengatakan: “
Sungguh Allah telah  mengaruniaiku dengan sifat penyantun yang tinggi. Namun jika Allah  mentakdirkan aku berkumpul dengan kalian di front pertempuran, niscaya  kalian akan melihat sesuatu yang lain dariku.”
Ini memang benar adanya dan semua orang yang pernah berperang bersama beliau mengetahuinya, 
semoga Allah melindungi beliau.
Apa yang beliau katakan ini mirip sekali dengan apa yang dikatakan  oleh Al-Ahnaf bin Qais (seorang ulama tabi’in dan panglima perang yang  gagah berani di zaman sahabat, walau kakinya agak pincang, edt).
Kisah # 38
Siapa saja yang ingin mendaftarkan diri untuk melakukan amaliyat  istisyhadiyah, cukup dengan cara meminta satu pertemuan khusus dengan  Syaikh Usamah, berbicara berdua dan tidak ada orang lain.
Kisah # 39
Siapa saja yang ingin berbaiat kepada beliau, cukup dengan cara  meminta pertemuan khusus dengan Syaikh Usamah yang tidak disertai orang  lain.

Syaikh Usamah dalam sebuah acara pernikahan salah satu putranya
 Kisah # 40
Siapa saja yang ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan pribadi, maka  cukup dengan cara meminta satu pertemuan khusus dengan beliau tanpa ada  orang lain.
Sampai-sampai para pengawal beliau pun berada jauh dari pertemuan tersebut setelah mereka melakukan prosedur pengamanan.
Kisah # 41
Semua orang bisa melakukan pertemuan khusus dan pribadi dengan Syaikh, baik orang tua maupun anak muda, sama saja.
Kisah # 42
Syaikh Usamah terkenal sebagai orang yang mau duduk dengan orang tua  maupun anak muda. Beliau menghormati mujahidin yang menuntut ilmu,  menghormati orang tua, dan selalu berprasangka baik kepada kaum  muslimin.
Kisah # 43
Beliau tidak berkenan jika di dalam majelisnya ada ikhwah yang  membicarakan jamaah-jamaah Islam dengan tidak baik, atau menghinanya.  Beliau juga tidak memperkenankan di majelisnya diperbincangkan masalah  perselisihan-perselisihan yang terjadi di antara jamaah-jamaah Islam  atau menebar isu. Beliau selalu mengatakan: “
Di hadapan kita ada hal yang lebih penting dan lebih besar, dan kita ini sedang dalam pertempuran dan peperangan.”
Jika hal itu terjadi dan kemudian ada suatu kezaliman atau hal yang  perlu diingatkan pada satu jamaah tertentu, dan ada orang yang  menyampaikan kepada beliau dengan mengatakan: “
Mereka ada begini dan begitu, mereka melakukan ini dan itu”, maka Syaikh Usamah segera memotong pembicaraannya dengan mengatakan: “
Kecuali orang yang dirahmati Allah.” 
Inilah Syaikh kami, maka silahkan orang lain menunjukkan siapa Syaikhnya!
Bersambung,  
insya Allah..
(unwanul falah/arrahmah.com)