kami pendukung demokrasi
atas nama demokrasi, ribuan nyawa melayang di afghanistan, irak, dan belahan bumi dunia islam lainnya, sedang pemimpin-pemimpin hanya bungkam seribu bahasa.
atas nama demokrasi, anak-anak kami di telantarkan tidak bersekolah, bukan karena anak kami bodoh atau tdk memiliki alat transportasi ke sekolah tapi karena kami tidak memiliki dana utk membayarnya (sekolah).
atas nama demokrasi, kami harus gigit jari, bukan karena tidak kebagian nasi waktu open house di istana negara, tapi sumber daya alam kami di angkut ke luar negeri dgn harga murah, minyak bumi dan gas kami di curi oleh maling-maling berdasi yg kalau turun dari mobil mengumbar senyum sembari menenteng uang hasil penjualan harta (sumber daya alam) kami.
atas nama demokrasi, perilaku generasi muda kami seperti binatang, pemerkosaan, pencabulan, free sex, pornografi, hampir tidak ada bedanya dgn babi yg beradegan mesum di kandang. foya-foya menjadi kegandrungan generasi muda kami.
atas nama demokrasi, agama kami dipermainkan, diperalat, bahkan demokrasi yg mereka gunakan membuat kami jauh dgn agama kami sendiri sehingga kami tidak mengenal siapa tuhan kami, nabi kami, kitab asli kami, mereka seenaknya memainkan regulasi yg tidak kami mengerti kemana capaiannya, mereka seperti hendak memperebut kekuasaan demi perut sendiri.
atas nama demokrasi, anak kelaparan tidak lebih berharga di banding intan yg ditemukan di tengah penderitaan kami, mereka seenaknya menginjak harga diri kami, mereka tidak bergeming ketika mendengar kesakitan dan derita kami yg sekarat karena kelaparan, mereka dgn pongahnya hanya berdelik senyum tapi perbuatan tak pernah memuaskan kami, itu kah pemimpin yg kami pilih?
atas nama demokrasi, keindahan toleransi agama kami mereka rusak, tatanan kekeluargaan yg sudah kami rajut puluhan bahkan ratusan tahun remuk oleh karena kerakusan dan sifat adu domba di antara pemimpin kami, ini kah pemimpin yg kami pilih melalui demokrasi?
atas nama demokrasi, segala peluh kerja keras kami mereka rampas menggunakan undang-undang dan peraturan yg mereka buat sendiri, hasil usaha dan keringat kami mereka sikat dan hanya menyisakan kulit yg tidak berarti buat kami, inikah pemimpin yg kami pilih melalui prosedur demokrasi?
atas nama demokrasi, akhlak kami tidak beradab lagi, mereka tidak mempedulikan habitat kami yg harus hidup di tengah perkampungan kumuh perkotaan, di bawah jembatan yg harus mendengar suara mobil dan raungan motor berulang kali, apakah kami bisa menolaknya?
atas nama demokrasi, bayi harus mati sia-sia akibat pergaulan yg tidak di atur pemerintah, gadis-gadis harus hancur hidupnya akibat pemerintah yg tidak becus mengurus pergaulan kami, pemuda-pemudi yg gemar glamoritas dan materialistis akibat pemerintah adalah ujung pangkal keteladanannya.
atas nama demokrasi, kami tidak menginginkan hal ini jika seandainya pemerintah juga yg menginginkannya. biarlah mereka hidup atas nama demokrasi karena kami bukan pendukung demokrasi --apapun namanya-- kami ingin hidup dgn Tuhan kami yg telah memberikan napas, air, tanah dan jagad alam raya ini utk kami kuasai dgn syariatNya dan bukan yg lain.
salam dari insan yg tak pernah lelah menolak demokrasi.
DEMOKRASI SONTOLOYO!!!
catatan dari seorang yg tidak mengenal demokrasi, tidak mengenal kapitalisme, sosialisme dan para dedengkotnya, tetapi masih mengenal dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa saja, mengenal akhlak Nabi-Nya, mendalami dan mengarungi belantara ilmu-ilmu alam yg diturunkan Allah rabbul 'alamin. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar