saya hanyalah manusia biasa, yg banyak dipenuhi oleh salah dan khilaf, oleh karena itu jikalau ada postingan saya yg kurang berkenan di hati saudara pembaca sekalian, mohon dimaafkan lahir bathin, karena kebenaran hanya berasal dari Allah, dan kesalahana sepenuhnya ada diri saya...

Sabtu, 04 April 2009

demokrasi & kesejahteraan


Terisaklah gadis cilik, umurnya 6 tahunan mengais-ngais harap kepada ibu yg tengah antri minyak gas yg panjangnya spt ular meliuk-liuk panjang menanti dari shubuh hingga malam hari, air ingus yg meler2 naik turun seperti atraksi bunge jumping, orang2 berjubel-jubel di sana sini seperti pemandangan pd jaman tempo dulu, jaman dimana engkong2 dan nenek2 kita bergiliran seperti sapi perah menunggu kucuran beras, kebutuhan pokok dll ktika jamannya kompeni masih berkuasa, sampai2 seorang kakek rela meregang nyawa hanya gara2 mengharap 5 liter minyak gas penuh di jerigennya, ironis. 

Inilah gambaran masyarakat kita, gambaran dimana Indonesia yg katanya gemah ripah loh jinawi, tongkat kayu bisa jadi tanaman itu, yg kolamnya selalu dipenuhi oleh susu, susu? Susu sapi! Elok nian gambaran Indonesia yg sering kita saksikan di TV-TV, bagaimana meruahnya hasil padi2an, rempah2, buah2an, sayur mayur membanjiri setiap sudut bujur sangkar televisi itu. Pemandangan gunung gemunung menjulang, menjuntai, hijau sejuk sampai disebut paru2 dunia, tempat atmosfir bumi bernafas. Belum lagi potensi perikanannya, yg katanya bisa menghasilkan milyaran ton hasil ikan, yg memiliki ribuan ragam flora dan fauna. Namun, penikmatnya bukanlah anak negeri sendiri.

Hei, apa kamu fikir saya sedang mendramatisir keadaan? Berusaha meraih simpati kamu dgn membuat adegan kolosal seperti sepenggal paragraf di atas. Kalau kalian fikir seperti itu, kalian salah. Justru inilah fakta di indonesia, fakta dimana potensi kekayaan alam bumi kita dgn mudah dirampok, dijajah, dihancur leburkan oleh orang asing, sedang kita hanya diam sembari duduk santai menikmati limbah mereka. 

“Ah itukan masalah kecil!” celetuk seorang kawan yg sedang ‘memancing’ di hidungnya.

“Kecil bagaimana?”

“Jangan dibesar2kan dech...”

“Bagaimana tidak dibesar2kan, kamu saja masih ‘berjualan’ ijazah ke sana kemari!”

“Loch apa hubungannya?”

“Itulah masalahnya... sekarang ini indonesia sedang dikuasai oleh asing, dijajah oleh peradaban barat yg dimotori oleh Amerika, Inggris dll. Nah, berbekal dgn itu, barat saat ini mengadopsi peradaban kapitalisme yg mengandalkan modal di atas segala2nya. Bayangkan, jika PLN mengharap profit, PDAM mengharap profit, & seluruh perusahaan di indonesia ini yg notabene merupakan perusahaan yg diperuntukkan utk rakyat itu mengharap profit?”

“Lantas?” selidiknya

“Maka, rakyat akan membayar mahal, rakyat akan tersiksa oleh beban yg diberikan oleh perusahaan2 tersebut! Imbasnya kemiskinan, kelaparan terjadi di mana2, bukan saja orang yg skg ini sdg miskin2nya yg akan mengalami itu semua, tapi utk jangka panjangnya, utk anak, cucu kita nanti ke depan bagaimana? mau makan apa mereka semua? Dgn begitu saat ini pemerintah sedang gencar berlepas tangan thdp permasalahan2 tersebut, pemerintah spt tidak mau tahu akan kemelut yg sedang dihadapi oleh orang2 miskin, orang yg saat ini sedang mengengadahkan tangannya meminta2 di jalan2... bukankah itu semua karena sistem kapitalis!”

“Kapitalis? Seperti kapitalisme di indonesia adalah kapitalis bermartabat!” 

“Bermartabat embahmu!! Di belahan bumi manapun yg saat ini menerapkan kapitalisme sbg ideologi negaranya, bukannya sejahtera justru menderita akibat diterapkannya kapitalisme, apatah mungkin kapitalisme martabat yg kamu sebutkan itu memberikan kesejahteraan bagi rakyat, nyatanya kesejahteraan masih jauh di depan mata.”

“Apakah demokrasi tdk memberikan kesejahteraan kpd rakyat, krn rakyatlah yg memilih pemimpin yg memiliki visi MENSEJAHTERAKAN RAKYAT? Bukankah itu merupakan bagian dari upaya mensejahterakan rakyat?”

“Brur, kamu tau gak? Bagaimana demokrasi dijalankan? Demokrasi dijalankan bukan karena visinya utk mensejahterakan rakyat, itu hanya dalih agar mereka terpilih, faktanya MENSEJAHTERAKAN RAKYAT bukanlah bagian yg termaktub di dalam visi & misi mereka dlm membentuk serta menjalankan partai, faktanya upaya agar rakyat ini sejahtera masih sangat pragmatis, bagaimana partai2 meraih simpati rakyat dgn menebar kardus mie instan dimana, menebar uang di mana2, membikin kaos, spanduk, baliho dll itu semua utk apa? Ya agar mereka terpilih! Tentu upaya mereka itu semua bukan tanpa pamrih, pamrih tetap mereka harapkan dgn apa? Dgn lobi sini lobi sana mengumpulkan dana agar ‘perjalanan’ partai serta kandidatnya mulus hingga terpilih, ujung2nya dana yg sudah dikeluarkan itu pun bukan tanpa sebab, karena dana sebelumnya yg mereka pakai harus balik lagi ke kantong2 mereka, baik itu individu maupun perusahaan.”

“Apa hubungannya dgn kesejahteraan boss..?”

“Hehe.. pertanyaan kamu ini ngacok, atau pura2 gak tau!? Ya sudah jelaslah, bagaimana sepak terjang elit2 politik kita, kerjanya ‘honey moon’ alias jalan2 yg tdk begitu besar manfaatnya bagi rakyat, ada yg kerjanya sidang terus2an namun hasil yg diharapkan --dari sidang tsb-- hanya sebatas kenaikan gaji pegawai negeri & anggota dewan, ketertiban kota --penggusuran pedagang kaki lima dst--, proses liberalisasi ekonomi --UU PMA, UU Energi, dll--, alih2 mensejahterakan rakyat, justru pembahasan mereka masih jauh dari itu semua!”

“Tapikan kita mesti sabar, mereka kan juga manusia yg punya salah & khilaf.”

“Tapi sampai kapan, sampai kapan rakyat kita menunggu mereka itu semua.. rasanya sudah beberapa tahun ini, dari era reformasi yg katanya merupakan era perombakan besar2an thdp sistem demokrasi, nyatanya tidak menyelesaikan masalah malah reformasi menambah masalah yg bertumpuk2!”

“Sistem demokrasi kan bukan di indonesia saja, di negara lain pun dgn demokrasi rakyatnya bisa sejahtera tanpa harus ribut!”

“Demokrasi itu sistem manipulatif! Sistem yg hanya berdasarkan angka2 & data2 tapi fakta di lapangan berbeda! Bush yg katanya Irak kini menuju demokrasi yg lebih baik, nyatanya rakyatnya lebih memilih hidup di era Saddam Husein daripada pendudukan oleh tentara Bush, sedang Saddam Husein semenjak berkuasa tdk mengambil demokrasi sbg sistem negaranya. Kapitalisme yg melahirkan demokrasi memang memberikan kesempatan yg sama (equality of opportunity) kpd setiap anggota masyarakat. Namun, dlm kenyataannya, ia bersifat diskriminatif bahkan rasis!”

Tulilit... tulilit...

Hp Nokia kawan saya itu berbunyi, dia menarik diri sembari mengacungkan jempolnya ke arah saya...
Beginilah, jika kapitalisme hidup di indonesia, dia senantiasa berusaha meraih simpati rakyat dgn kehalusan budi bahasanya, melalui iming2 dolarnya, melalui seluruh kekuatan yg ada, intinya hanya satu, agar umat Islam di buat bodoh2 hingga akhirnya di binasakan dari muka bumi ini. [pemulungsampahjalanan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar