saya hanyalah manusia biasa, yg banyak dipenuhi oleh salah dan khilaf, oleh karena itu jikalau ada postingan saya yg kurang berkenan di hati saudara pembaca sekalian, mohon dimaafkan lahir bathin, karena kebenaran hanya berasal dari Allah, dan kesalahana sepenuhnya ada diri saya...

Sabtu, 30 Juli 2011

muhasabah

Wahai pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dari-Mu
Kupasrahkan semua pada-Mu

Tuhan, baru kusadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cinta-Mu

Kata-kata cinta
Terucap indah
Mengalir berzikir dikidung doaku
Sakit yang kurasa kian jadi penawar dosaku

Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Aku ini khilaf dan salah selama ini ya Illahi Muhasabah cintaku

Tuhan, kuatkan aku
Lindungi ku dari putus asa
Jika kuharus mati pertemukan aku dengan-Mu

[edCoustic - Muhasabah Cinta]


Rabu, 27 Juli 2011

Apa sih perbedaan antara Liberalisme Klasik dengan Neo Liberalisme?


Kalau dalam liberalisme-klasik manusia itu makhluk ekonomi (homo economicus) hanya (sekali lagi 'hanya') dalam kegiatan ekonomi, sedang dalam neoliberalisme manusia diperlakukan sebagai makhluk ekonomi dalam berbagai bidang kehidupan misalnya bidang ekonomi, politik, hukum, budaya, dan sebagainya. Jelasnya, manusia adalah individu yang multifacet.

Jadi seperti pada fundamentalisme agama yang berambisi mengatur seluruh bidang kehidupan dengan doktrin agama tertentu, maka pada tahap ini  ketika telah terpelanting menjadi "proyek mengatur seluruh bidang kehidupan dengan "doktrin harga", maka agenda neoliberal mirip fundamentalisme agama. Yang satu mau melakukannya dengan doktrin agama, sedangkan yang lain dengan doktrin harga. Karena itu sebaiknya  daripada memakai kata 'neoliberal', mungkin istilah 'fundamentalisme pasar' lebih tepat dipakai ketika soalnya menyangkut urusan kebijakan ekonomi, dalam berbagai bidang kehidupan.

Liberalisme-klasik menggagas kegiatan ekonomi digerakkan bukan oleh komando tetapi oleh harga (price) dalam dinamika perimbangan hanya dan hanya pada pasokan (supply) dan permintaan (demand). Tetapi dalam Neo Liberal mekanisme itu bukan hanya untuk mengatur kegiatan ekonomi, tetapi untuk mengorganisasikan seluruh kegiatan dalam semesta hidup masyarakat - baik ekonomi, politik, hukum, budaya, pendidikan, maupun barang/jasa publik lain.
Dalam proyek neoliberal, privatitasi dilihat sebagai kondisi akhir yang hendak dicapai. Tegasnya privatisasi bukan hanya sarana, tetapi adalah tujuan.

Dengan itu bisa dikatakan, tidak setiap privatisasi, liberalisasi, dan deregulasi adalah bentuk neoliberalisme, tetapi neoliberalisme memang punya tujuan agar berbagai bidang kegiatan dalam masyarakat digerakkan oleh motif pengejaran kepentingan diri /  privat. Itulah mengapa etos publik, solidaritas sosial, tindakan afirmatif terhadap kelompok yang miskin dan tersingkir adalah omong kosong besar bagi agenda neoliberal.

Setiap orang bebas mengejar kepentingan dirinya sendiri adalah dogma keramat Neo Liberal. Dengan demikian , mencari laba sebesar besarnya bagaimanapun caranya bukanlah hal yang buruk, tapi memang harus dilakukan karena melekat dengan agenda Neo Liberal bahwa manusia itu adalah  individu yang multifacet. Tapi ada sebuah dampak yang mengerikan: yaiitu hilangnya paham "warganegara." Sebagai gantinya dipakai paham "rakyat" yang berarti penghuni sebuah negara. Karena hanya ada rakyat, dan tidak ada warganegara, negara boleh tidak peduli dengan mereka  Rakyat harus mengurus dirinya sendiri, dengan terjun dalam arena pasar. Rakyat dipersilahkan untuk menjadi kaya, menjadi pandai, menjadi hebat, tetapi sekaligus juga dipersilahkan untuk menjadi miskin, menjadi bodoh, dan menjadi terpuruk-puruk. Kaya-miskin, pandai-bodoh, adalah urusan si rakyat, bukan urusan pemerintah.

Disini arti warganegara adalah yang memperoleh perlindungan dari pemerintah, sedang pengertian " rakyat " bermakna tak ada campur tangan pemerintah untuk mengurusnya. Sebagai warganegara dia memperoleh tiga macam hak yaitu : Politik, Sosial dan Sipil seperti : Jaminan kebebasan, jaminan keamanan dan jaminan kesejahteraan., sedangkan sebagai rakyat dia diperlakukan tak lebih sebagai konsumen.

Hubungan antara Negara dengan warganegara kini telah merosot menjadi hubungan antara produsen dengan konsumen. Negara melepaskan tanggung jawabnya terhadap warga negara. Negara cukup menyediakan dan memberikan fasilitas kepada para pengusaha swasta, baik lokal mapun global untuk menghasilkan produk produk yang bisa dibeli oleh rakyat sebagai konsumen.

Lalu apa agenda Neo Liberal terhadap pemerintah? Dalam hal ini agenda Neo Liberal justru lebih sering menuntut tangan besi pemerintah untuk memberangus kekuatan buruh, mengusir penduduk atau petani dari tanahnya, pengaplingan laut, penghancuran nilai nilai kearifan lokal ( seperti kebersamaan, gotong royong, tolong menolong ). pencabutan subsidi bahan bakar, pencabutan subsidi pangan, pencabutan subsidi kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Jadi peran pemerintah adalah membentuk paket paket kebijaksanaan yang Neo Liberal. atau secara lugas Pemerintah adalah Jongos atau pelayan setia dari Neo Liberalisme. Untuk memahami apakah paket kebijaksanaan pemerintah itu bersifat Nelo Liberal atau Fundamentalisme Pasar adalah :

Pertama, silahkan cermati apakah semakin banyak bidang kehidupan dalam tata hidup bersama (di luar bidang ekonomi) mengalami komersialisasi, dari bidang pendidikan sampai kesehatan, dari hukum sampai prasarana publik. Kedua, apakah kegiatan ekonomi semakin dikuasai oleh dagang uang, ( kegiatan sektor finasiil seperti Pasar Modal dll )  dan bukan oleh transaksi barang/jasa riil. Kegiatan ekonomi dagang uang ini secara metafora kosmologi dapat digambarkan sebagai berikut :

Dalam tata surya kita banyak planet planet yang mengitari matahari. Orbit orbit beberapa planet itu kita umpamakan sebagai kegiatan sektor finansiil yang mengitari hanya satu matahari yang kita umpamakan sebagai sektor barang dan jasa. Artinya lebih banyak kegiatan dalam sektor finansiil dibanding dengan kegiatan sektor riil. Secara orbital planet planet itu tidak bersentuhan dengan matahari, artinya kegiatan sektor finansiil boleh dikatakan tidak ada kaitannya dengan sektor riil. atau tidak memberikan nilai tambah terhadap sektor riil.

Dan karena kegiatan sektor finansiil itu tidak menyerap tenaga kerja, maka semakin besarnya kegiatan sektor finasiil akan berdampak pada De Industrialisasi  sehingga terjadi pemutusan kerja pada sektor riil. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan sektor riil pemerintah membuka peluang impor se luas luasnya, walaupun barang barang impor itu telah dapat di buat di dalam negeri. Dan karena barang impor itu kwalitasnya lebih baik serta harganya lebih murah, maka dampak de industrialisasi akan semakin meluas. [pakbodong]

Sumber bacaan :
http://indoprogress.com/2009/05/29/sesat-neoliberalisme/
Oleh : B Herry Priyono.
http://indoprogress.com/2009/05/29/neoliberalisme-dan-warganegara/
oleh : Ignatius Wibowo.
http://cetak.kompas.com/read/2008/10/11/01010911/kosmologi.krisis.moneter
Oleh Yasraf Amir Piliang