saya hanyalah manusia biasa, yg banyak dipenuhi oleh salah dan khilaf, oleh karena itu jikalau ada postingan saya yg kurang berkenan di hati saudara pembaca sekalian, mohon dimaafkan lahir bathin, karena kebenaran hanya berasal dari Allah, dan kesalahana sepenuhnya ada diri saya...

Selasa, 31 Mei 2011

menghardik di depan senjata

saya yakin, tidak ada di antara kita yg selalu memiliki semangat di dalam hidupnya, seakan bara api itu tidak pernah padam walaupun di hujani oleh berliter-liter air, tapi sungguh, semangat yg kita miliki kadang tidak pernah kita duga sebelumnya, ada kalanya hujan yg turun membasahi bara semangat itu lantas padam, semenit kemudian ada yg memantiknya dari belakang dan depan, --mengompori-- diri kita oleh semangat yg panas menyala.

kawan, beban hidup yg kamu nikmati itu bukanlah suatu bencana, kata Buya Hamka sang sufi modern itu berkata "bencana bukanlah bencana tetapi anugerah" oleh karena itulah Allah sangat sayang kepada kita semua. rasanya tidak sepadan antara beban dan tindakan yg kita terima, jika harus jujur diakui ternyata berkat beban itulah membuat kita bertindak keluar dari beban itu sendiri. laiknya peluru yg ditarik oleh karet ketapel, makin panjang tarikannya makin kuat pula lontarannya.

berjalanlah walau tanpa celana
hehe... aneh memang, tapi demikianlah seharusnya yg kita lakukan, bukan harus dipahami secara harfiah, celana yg saya maksud hanyalah kiasan utk menggambarkan bahwa diri kita ini memang tidak memiliki apa-apa pada mulanya, lalu apakah harus menutupi "kemaluan" kita sendiri. kemaluan ada tempatnya.

oleh karena itu, jika saya di bebankan oleh sesuatu yg saya tidak sanggup mengerjakan, dengan amat sangat terpaksa saya menolaknya dan segera menyingkir dari ruang sidang perbincangan tersebut. tapi apa bila pekerjaan itu menyanggupi saya dalam kapasitas saya masih berada di wilayah tersebut, insya Allah saya menyanggupinya. pun dengan catatan bahwa, jgn mengkritik saya bila dalam proses tersebut ada catat atau kealpaan lainnya.

di dalam proses ada sebuah usaha yg memungkinkan seseorang bisa benar dan salah, dan di dalam sebuah proses adalah seperti belajar dimana seseorang bisa menambah ilmunya --bila perlu-- atau menambah skill --bila perlu juga-- tapi yg jelas menurut saya sebuah 'proses' --dlm tahap belajar tadi-- adalah dimana seseorang berjuang --mati-matian-- demi sebuah yg diyakininya. berjuang secara terus menerus --tanpa hentinya-- jika itu menyangkut keyakinannya --dlm hal ini-- bahwa ALlah selalu memudahkan proses di atas jerih payah hasilnya.

ketika seorang bayonet di tengah badai hujan, dengan senapan di tangannya menerjang sang musuh jenderal di dalam tenda yg penuh dgn pengawalan ketat. dia tidak akan gentar walau harus mengorbankan nyawanya, karena yg dituju hanya satu, kematian sang begundal yg durhaka. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar