saya hanyalah manusia biasa, yg banyak dipenuhi oleh salah dan khilaf, oleh karena itu jikalau ada postingan saya yg kurang berkenan di hati saudara pembaca sekalian, mohon dimaafkan lahir bathin, karena kebenaran hanya berasal dari Allah, dan kesalahana sepenuhnya ada diri saya...

Rabu, 30 Desember 2009

pemulung dunia



Siapa yang ingin menjadikan pemulung sebagai profesi? Anda? Sahabat anda? Istri anda? Ataukah anak anda? Yang pastinya menjadi pemulung sangatlah tidak mengenakkan. Disamping harus memunguti sampah-sampah manusia sekotaan, belum lagi wabah penyakit yang selalu menghantui kesehatan. Tapi seandainya ada tawaran yang menawarkan kepada anda untuk menjadikan pemulung sebagai profesi dengan gaji 10 juta/1000 kg sampah plastik perhari beserta tunjangan makan dan hari tua, apakah keinginan anda akan di kubur hidup-hidup ataukah akan anda hidupkan kembali untuk menerima tawaran tersebut, dengan konsekuensi kesehatan anda dibredel habis-habisan oleh penyakit yang ditimbulkan oleh sampah-sampah dan kotoran manusia tersebut dan saya kira impas antara pemasukan dan pengeluaran, pemasukan yang anda terima adalah 10 juta namun disisi lain anda harus mengeluarkan uang untuk membiayai rawat inap anda di rumah sakit yang dapat merogoh kantong kering anda, dan tentu saja anda pun harus terus mencari dan mencari terus sampah plastik yang diinginkan. Pernahkah anda berkhayal menjadi Sang Sidharta Gautama, dengan berbekal pisau keyakinannya rela meninggalkan kelezatan dunia hanya untuk menyusuri dan menelusuri dimana letak kebenaran hakiki sebagai alat untuk menjalani kehidupan di dunia hingga akhirnya mencapai nirwana pada ajalnya. Sederhana saja, ketika barang kesayangan anda hilang di dalam rumah, niat untuk mencari barang tersebut sudah pasti ada dan anda berupaya untuk itu. Seperti seekor lalat yang mengelilingi kepala dan mengeluarkan suara ngiuung… ngiuuung, anda merasakan kecemasan, penasaran sekaligus was-was yang berlebihan dan tidak mempercayai kenyataan yang anda hadapi pada diri anda sendiri bahwa barang kesayangan anda telah benar-benar hilang. Lalu kemana? Syak wasangka tersebut terlahir karena cemasnya hati anda dan penasarannya otak anda. Itu dalam pikiran anda selanjutnya.

Terlalu banyak orang-orang berduyun-duyun meneror penjual supermarket untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok yang diperlukan untuk sekedar disetor ke dalam lemari pendingin. Terlalu banyak orang-orang mengikuti sejumlah MLM yang menggiurkan jidat, dengan jaminan ini dan itu dan lain sebagainya. Begitupula banyak sekali anak-anak muda dan mudi mengeluarkan isi kantong untuk menghiasi tubuhnya dengan balutan tank top, celana cut bray, baju you can see, i can see you! Ketek you bau!! Model-model rambut yang tadinya hanya kuncung di depan sampai model rambut ala Agnes Monica atau VJ Daniel Dandy (nyegrak di atas kepala dan berponi kuda di depan), yuuck… keinginan tersebut tidak lebih hanyalah gundukkan-gundukkan sampah yang sia-sia. Lebih dari 3000 tahun yang lalu, ketika Oom Socrates, Apollo, Archimides hanya menggunakan sehelai kain untuk menutup auratnya, sejak saat itu pula manusia berupaya dengan segala cara untuk mencari perlindungan diri dari tusukan dinginnya angin malam dan panasnya mentari. kosakata ‘pemulung’ yang ingin saya utarakan bukanlah seperti pembahasan pengawal tadi, melainkan pemulung disini merupakan anak manusia yang selalu mencurahkan hatinya untuk menyelami kebenaran hakikat dunia dengan cara menjumput, memilih, memilah, mengobservasi, menganalisis, menerapkan dan sekaligus menjadikannya tuntunan dalam pencapaiannya ke akhirat kelak. Beragam variasi menu-menu ilmu pengetahuan dan sains di dunia hadir disetiap hamparan bumi yang dihuni manusia ini, dari yang eksak juga yang eksakta, dari yang berat sampai yang ringan. Biologi, fisika, kimia, oceanograpi, astronomi, matematika, parasitologi dan lain-lain. Begitupula ilmu pengetahuan penunjang kehidupan akhirat nantinya, Islam, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Chu, Shinto, Zoroaster, Ahmadiyah dan lain-lain. Seorang keturunan Yahudi, Karl Marx adalah anak seorang pengacara yang memiliki ‘nafsu’ menaklukkan berjubel-jubel tumpukkan buku perpustakaan, namun bukan saja Marx yang memiliki ‘hasrat’ tersebut, sebut saja Ali Shari’ati, Murthada Muthahari martir Iran, Taqiyuddin an-Nabhani, Soekarno dan lain-lain, hal tersebut menggambarkan tentang bagaimana perjuangan seorang anak manusia mengumpulkan ilmu pengetahuan dan sains ke dalam kancahnya sebagai manusia hingga akhirnya menjadikan dirinya sebagai –manusia tercerahkan sekaligus manusia yang terhinakan–. Mereka telah menghabiskan sisa-sisa masa mudanya untuk bergelut dan mengais-ngais dunia ilmu pengetahuan dan sains. Dengan anugerah akal yang diberikan Tuhan, manusia dapat menggunakannya untuk membandingkan dan menganalisa tentang baik dan buruknya bagi kelangsungan hidup peradaban manusia, dengan berbagai cara pula manusia dapat memilih dan memilah selanjutnya mengadakan survey, jajak pendapat terhadap ilmu pengetahuan dan sains agar menerangi jalan pikiran manusia yang sebelumnya mengalami gelap gulita karena kebodohan.

Keparahan yang sering diterima oleh manusia adalah ketika ilmu pengetahuan dan sains tersebut dimanfaatkan guna kepentingan pribadi. Ambil saja Karl Marx, dengan Das Kapital-nya mampu menyihir seorang yang bernama Hitler untuk mengadakan ‘aplikatif rinci’ terhadap ajaran yang dibawakan Marx. Tak heran jikalau Ulil Abshar Abdalla motor Jaringan Islam Liberal dapat mengendalikan proses berpikir dan intelektualitas mahasiswa-mahasiswa di universitas-universitas dan para kiai-kiai ‘ngelantur’ dapat begitu mudah diubah dan disulap seperti zombie yang dicolok hidungnya dengan pisau ajaran yang me-’liberal’-kan segala hukum-hukum Tuhan. Al-quran di dekonstruksi, ummat Islam dijauhkan dengan ‘Islam’nya, ajaran Islam dikebiri seperti kambing congek, wanitanya dibebaskan dari belenggu rumah tangga untuk keluar rumah menanggalkan pakaian yang menutup aurat dan berlenggak lenggok seperti kucing ambeien. Hendaknya manusia menggunakan pisau berpikirnya untuk merenungi, meresapi, mempelajari tentang kejadian alam yang diciptakan Tuhan kepadanya dan bukan dengan sembarangan menafsirkan dan menerapkan semau ‘udel’nya sehingga hasil dari petualangannya dalam me’mulung’ ilmu pengetahuan dan sains tidak menimbulkan kejahatan sosial dan kemanusiaan. Jika tidak, akan banyak sekali orang-orang yang rela darahnya disedot Aedes Agypti dan Anopheles ditengah pekuburan hanya untuk bertemu sang arwah guna memberi wangsit togel dan letak harta qorun yang tertinggal. Agar jangan lagi engkong-engkong berambut seperti Paus Benediktus berjalan tertatih-tatih menuju lokalisasi, dan jangan ada lagi pejabat-pejabat yang beramai-ramai memindahkan meja beserta uang didalamnya untuk dibawa ke rumah. Pemulung tersebut haruslah benar-benar pemulung yang memiliki penyaring raksasa agar apapun yang masuk dan menyembur ke dalam saringan tadi akan segera diterima dengan akal jernih dan tidak menjadikannya sebagai penghancur moral dan norma-norma yang diturunkan Tuhan Semesta Alam serta kemudian diambil yang baik dan membuang yang buruk. Lalu apakah sekarang anda ingin menjadi pemulung yang memiliki jepitan dan tas gandol untuk menjumput sampah dunia? [pemulungsampahjalanan]

Catatan lainnya:

  1. Manusia memiliki akal sehat yang dapat digunakannya setiap saat, tentunya manusia tersebut harus memiliki rambu-rambu yang benar dalam menafsirkan setiap sesuatu yang dimasuk kedalam akal sehatnya. Jikalau akalnya sehat, maka apapun yang dihasilkan (out put) dari akal sehatnya haruslah tidak bertentangan dengan rambu-rambu yang benar tersebut begitu pula sebaliknya.
  2. Seorang pencuri, pembunuh dapat hilang dari dosanya jikalau dia mau dengan sungguh-sungguh bertobat dari perbuatannya dan menyerahkan segala urusannya kepada seseorang yang menjadikan bai’at terhadap dirinya dan terhadap perbuatannya,
  3. Hidayah datang dari Tuhan, itu mutlak. Lalu apakah manusia hanya tinggal diam menunggu hidayah datang ‘menjamah’ dirinya agar dapat bangkit dari keterpurukan? Tidak! Sekali lagi tidak! Manusia dibekali akal dan kesehatan, dengan kedua hal tersebut manusia seharusnya menjemput hidayah Tuhan yang terbentang di hamparan Bumi, bukannya menunggu dan menunggu terus di rumah. Seorang anak bertanya kepada bapaknya, “Bapak, kenapa Bapak tidak shalat?” sang Bapak pun menjawab “Buat apa shalat kalo hidayah belum datang, apalah artinya shalat jika hati kita tidak ikhlas karena shalat dan kalaupun dipaksakan, apakah hati kita tidak syirik karena dorongan makhluk Tuhan?” apakah benar yang dikatakan sang Bapak tadi? Ataukah salah dalam menafsirkan hidayah tadi?

kata kunci:

Takdir Tuhan adalah segala-galanya dalam hidup ini namun bukan takdir pula yang menentukan seseorang akan terjerembab dalam lumpur kehinaan, dia dapat keluar dari takdir tersebut dan mengadakan pencerahan pemikiran.

vida feminino: iasi es la vida!


Membayangkan bagaimana alam semesta terbentuk, sungguh sangatlah tidak manusiawi kalau tidak kita katakan itu merupakan sesuatu yang sangat maha sempurna, baik dipandang dari sudut kualitas begitu pula dari segi kuantitas. Menengahi pendalaman mengenai objek alam semesta di jagad raya, sejarah telah mencatat bagaimana proses perjalanan makhluk yang mendiami objek alam semesta dari proses awal pembentukan jagad raya sampai proses peralihan dari makhluk yang tiada memiliki akal hingga makhluk yang memiliki akal, yaitu manusia.

Dalam membahas ranah pengawalan tadi, apa sebenarnya maksud yang melandasi alam semesta untuk diciptakan dan kemana alam semesta itu sendiri akan dibawa. Satu hal yang perlu ditelusuri dari hal itu semua adalah bagaimana ‘the best actor’ yang melakukan proses alam semesta. Bagi sebagian pemikir kiri, waktu merupakan kombinasi yang apik dalam menjalani alam semesta, bagaimana dalam hitungan waktu saja seorang ekonom dapat mempengaruhi harga pasar, dengan hitungan waktu saja seorang politikus dapat mengindahkan agar menciptakan neo-kolonialisme yang lebih dianggap ‘samar-samar’ namun dampaknya sangat luar biasa hebat bahkan dapat mencekik bayi orok yang baru lahir ke dunia, bagaimana seorang psikologis dapat menciptakan dunia filsafat bergeser jauh mengenai keberadaan Tuhan pencipta alam atau hampir atheis dan benar-benar menjadi atheis kayu, dan dengan waktu pula seorang aristokrat ulung dengan ‘proyek-proyek gelap’nya dapat membuang air liurnya dengan leluasa dihadapan pejabat-pejabat ‘sakit’.

Begitu banyak peluang yang didapat dari hidup ini, contohnya seorang calon ibu ketika menunggu detik-detik kelahiran anaknya untuk menghirup dunia luar dengan mengerahkan segenap tenaga dan kekuatannya agar bagaimana sang jabang bayi keluar dengan selamat dan mengindahkan nyawa sang wanita itu sendiri, seandainya sang calon ibu berspekulasi kebelakang untuk memenangkan babak pertarungannya itu demi nyawanya sendiri (calon ibu) maka sang jabang bayi hanya bisa pasrah dan rela tubuhnya di’obrak-abrik’ di dalam perut rahim. Tapi apa yang dilakukan si calon ibu, dengan serta merta hanya mengharapkan si jabang bayi keluar dengan selamat tanpa memikirkan tubuhnya sendiri dibredel melalui ‘jalan belakang’.

Ketika petang tiba saya melihat ‘pemandangan’, berjalan seorang tunawisma di pelataran kompleks elite dengan menenteng kasur tipis yang selalu dibawa ke sana kemari, persis seperti kain lusuh. Dia hanya bisa menatap kosong ke depan dengan mulut melompong dan keringat basah terlihat dari baju belakangnya, kemudian tak lama berselang keluar seseorang dari dalam rumah elite itu untuk kemudian menghardik dengan kasar dan keras, sang tunawisma hanya bisa berlalu dan menundukkan kepalanya kebawah, apakah ini hidup? (pikirku). Apakah hidup hanya berselang diatas meja makan, apakah hidup hanya untuk jenderal yang memiliki tentara ribuan, apakah hidup hanya untuk bos-bos dengan perut gentongnya yang berada di dalam ‘perkampungan’ diskotik.

Seorang filsuf Thomas Morus (1478-1535) “Domba makan Manusia”, secara ekonomis memang perlu, tetapi pada saat itu dilakukan dengan kebrutalan yang sangat luar biasa. Dulu, di Inggris agar dapat meningkatkan produksi benang wol yang sangat digemari masyarakat Inggris pada saat itu, harus diciptakan padang rumput yang luas bagi domba-domba. Dan hal ini dapat terjadi terutama dengan mengorbankan petani kecil. Tanah mereka lalu dirampas dan mereka sendiri diusir dari tanah yang mereka kerjakan. Selain itu mereka juga kehilangan hak untuk mengolah tanah milik desa “dimana dahulu empat puluh orang bekerja untuk hidupnya, sekarang hanya ada seorang laki-laki dan seorang pengembala domba”1) tulis seorang penulis kronis sejarah.

Seorang laki-laki itu adalah si pemilik tanah yang tanahnya bertambah luas dan memagar sekelilingnya sebagai tanda miliknya. Sebagai ‘ganti rugi’, biasanya ia membayar uang kepada petani yang hanya cukup untuk bermabuk-mabukan selama sebulan saja. Untelan wol tersebut diproduksi secara terbatas hanya untuk para bangsawan yang mendiami puri-puri kerucut. Gambaran sangat jelas dapat diketahui bagaimana seekor Domba dapat ‘mengalahkan’ Manusia, ini hanya terjadi ketika proses kapitalistik sedang memperlihatkan gigi taringnya terhadap rakyat miskin. Indonesia? Banyak proses kapitalistik sedang menjelma menjadi chaos capitalistic2), kebrutalan yang dilakukan pemerintah dinilai sangat berharga dan menjadikannya ladang pembantaian harga diri rakyat sendiri. Penggusuran, kenaikan harga barang pokok3), keruntuhan supremasi hukum, korupsi, kolusi, nepotisme ringan dan berat4), hidup tidak lebih hanyalah urusan kantong tebal dan itu merupakan kaidah dasar seorang penganut kapitalis.

Kembali kepembahasan pengawal lagi, bagaimana jika kamu melakukan proses komparasi lebih lanjut dari proses terjadi alam semesta tadi, maka yang didapat adalah bukanlah bagaimana mata telanjang kamu dapat melihat dengan langsung sinar ultraviolet matahari di siang hari, namun disini yang perlu saya ditekankan adalah bagaimana proses induksi kamu memperhatikan kejadian-kejadian alam ini seperti proses perputaran roda pedati, bahwa seluruh jagad raya ini ada yang membawanya, ada yang memindahkan dari satu tempat ke tempat lain, ada yang melakukan perelaksasian terhadap setiap gerakan dan pergeseran kulit bumi agar menjadikannya pulau-pulau yang utuh, lengkap dengan segala isi dan jenis makhluk hidup yang mendiami objek alam semesta, proses analitikus yang kalian lakukan bukanlah suatu keharusan yang dapat berakibat kekosongan hakikat dari hidup itu sendiri, jadi kalian hanya menjadikannya sebuah keyakinan yang pasti, bahwa segala proses pembentukan di seluruh komponen-komponen dasar dari tata surya yang menaungi alam ini adalah kejadian baku yang hanya diciptakan oleh kekuatan-Nya.

Perjalanan sejarah kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pengetahuan manusia itu sendiri. Oleh karena itu suatu ramalan tentang jalannya sejarah di masa mendatang harus memperhitungkan pertumbuhan pengetahuan kita, misalnya di bidang penelitian obat-obat farmasi, atom dan energi. Tetapi hal ini tidaklah mungkin terjadi, karena tidak ada seorang ilmuwan pun yang mampu melaporkan hasil kerjanya dimasa datang. Singkatnya: ia tidak bisa mengatakan hari ini, apa yang besok baru diketahuinya. Karena itulah makhluk yang bernama manusia perlu pedoman, perlu tuntunan hidup, segala kedigdayaannya memerlukan rambu-rambu yang dapat mengerem setiap langkah yang diambil. Hidup hanyalah urusan perut, begitu pandangan kaum sosialis dan kapitalis, hidup hanyalah mampir, menurut islam. Pembahasan mengenai –konsep hidup– tidak sampai disini. Jangan berhenti dulu ya… [pemulungsampahjalanan]

Catatan kaki:

1) Essay R.L. Heilbroner: Wirtschaft und Wissen, Bund, Koeln.

2) Proses reduksi dari pemahaman kapitalistik yang melahirkan ‘kerumitan’ dalam berpikir seseorang sehingga melahirkan karya yang meradikalisasi, sebagai bagian dari induk semang Adam Smith bahwa adanya ‘tangan ajaib’ yang dapat mempengaruhi harga pasar. Perekonomian yang dijalankannya mereduksi sehingga menciptakan kompleksitas (kerusakan-dalam fisik dan sifatnya reaktif) berpikir seorang legalitor kapitalis dalam mengeksekusi di lapangan.

3) Saat ini, penamaan untuk pasangan kata ‘barang pokok’ (ikan/pauk, gula, susu, sayur/lauk, beras, minyak, garam, buah-buahan, dan air mineral) telah mengalami pemindahan makna, barang pokok lebih dimaknai sebagai barang yang dapat mencukupi makan satu hari, setelah itu tidak ada lagi (beras tok!). Barang pokok telah dianggap barang komoditi yang lebih mementingkan harganya dan bukan manfaatnya. Pemberian gizi terhadap bayi-bayi dibawah lima tahun sudah dianggap menyalahi aturan dan perlu segera dihapuskan, tak heran kalau banyak kasus busung lapar, polio, gizi buruk yang banyak dialami oleh kawasan yang dianggap subur oleh berbagai macam penganan pokok.

4) Keadaan ketika sejumlah keluarga menghendaki kedudukan yang lebih tinggi dari pada sang nepotismer sendiri, sehingga dianggap sebagai nepotisme ringan. Nepotismer menganggap kesalahan bukanlah dari dia yang masih berkeluarga namun kesalahan merupakan kedudukan ketika telah dipegang dan seketika itu pula banyak mengharapkan bukan saja dari keluarga sendiri namun dari keluarga jauh, bisa juga dari kawan sendiri, dan itu adalah nepotisme berat, berat karena kedudukannya banyak yang mengincar.

telinga demokrasi

Utk sekedar menjadi utopis agaknya lebih pantas diletakkan di pundak demokrasi. Sekalipun secara normatif tampil sebagai sistem ideal namun dlm aplikasinya sangatlah bertolak belakang dgn kenyataan. Merunut perjalanan setengah abad lebih Indonesia, demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik meskipun secara prosedural tidak sejalan dgn demokrasi ala amerika, inggris & dunia barat lainnya dimana sumber demokrasi berada. Rakyat yg hidup di dunia demokrasi ibarat hidup dalam sekam, "hidup segan mati pun tak mau", bukannya apa2, demokrasi senyata2nya tak pernah memberikan pilihan hidup pasti kpd rakyat sbg konstituennya. Pilihan itu kadang bagai pilihan karet yg tak pernah berkesudahan, tarik ulur kepentingan menjadi menu wajib yg dinikmati setiap hari bagi wakil rakyat yg dipilih oleh rakyatnya. Preman, mafia, cukong, dan apa pun namanya itu tak pernah lepas dari tubuh demokrasi.

Hukum bisa dibeli & hukum bisa dirombak demi kepentingan sponsor, utk itu demokrasi memerlukan dana besar. Yg miskin akan tersingkir yg lemah akan diperah yg susah makin susah & yg sakit makin sakit. Jurang antara kaya & miskin ibarat bumi dgn langit, sangat dalam & sangat jauh jaraknya. Sedang yg kaya akan semakin kaya berharta & jabatan, walau pun ada yg masih peduli dgn yg miskin itu pun itu masih sedikit, tidak sebanding dgn ratusan juta rakyat miskin di bawahnya. Hingar bingar pesta pora demokrasi lima tahun sekali yg diharapkan dpt merubah perkehidupan rakyat miskin, nyatanya tak pernah terealisasi dgn baik. Selalu saja, jargon2 yg mengatasnamakan rakyat hanya canda tawa dibibir saja, orasi2 politik yg memihak rakyat hanya timbul kala pemilu di gelar, setelah itu sunyi senyap tak bersuara.


Namun, dari semua itu, ketika seruan sebagian kalangan yg menawarkan solusi konkrit guna mengganti rusak & buruknya tatanan demokrasi ternyata hanya dianggap pengganggu & penghancur sistem demokrasi itu sendiri. Islam sbg tawaran normatif dianggap hanya cukup sbg seruan moral saja, yg sebaiknya diletakkan sbg 'penyeru' bukan sebagai 'pengatur'. Hingga akhirnya Islam mandul tak memiliki kekuatan real dlm mengganti demokrasi yg tengah rusak sekarat. Muara dari ke-tuli-an demokrasi ini, hanya membuat Indonesia semakin terpuruk & hanya menjadi bangsa pembebek yg tdk memiliki kekuatan tawar menawar yg kuat thdp bangsa imperialis semacam Amerika Cs. Ekonomi yg semakin dirampok habis oleh pejabatnya, kekayaan alam yg semakin terkuras diangkut ke luar negeri, budaya pergaulan yg semakin rusak, politik yg carut marut seperti tak berkesudahan.


Karena demokrasi telah kehilangan akal sehatnya, demokrasi telah kehilangan gendang telinganya sehingga tdk pernah mendengar apa pun di kanan kirinya. Mereka menganggap aktivis Islam tak pernah belajar sejarah! Justru mereka (aktivis demokrasi) yg tak pernah belajar sejarah dulu, kini & prospek yg akan datang. Mereka menganggap Islam tak memiliki konsep pemerintahan, justru demokrasilah yg tak pernah memiliki konsep dlm mengatur pemerintahan, konsep itu dibuat setelah pemerintah terbentuk &setelah itu tak pernah dijalankan oleh pengkonsepnya sendiri. Sudah berapa banyak kajian2 demokrasi yg mempelajari konsep NEGARA KESEJAHTERAAN nyatanya tak pernah indah dimata, hanya indah di atas kertas2 yg dikumpulkan dlm buku2 bertumpuk. Karena memang, demokrasi adalah sistem utopis yg dikaji oleh manusia2 tak memiliki telinga dikepalanya!!

seperti di atas pisau

2.233,067 Meter

Jembatan yang terbuat dari besi itu tampak tua dimakan usia. Sedang, orang-orang yang berjalan di atasnya lebih dulu mangkat dari peraduan meninggalkan dunia. Ya, sudah setengah abad jembatan yang catnya kubas itu menemani warga sekitar. Sore itu, aku pulang laksana burung mudik berburu rezeki menyusuri trotoar yang di hotmix apik. Para pedandan ala harajuku itu hilir mudik baru pulang dari pekerjaannya sebagai sales promotion girl di sebuah perusahaan swasta telepon seluler.


Kaki-kakinya yang centil kadang bagai balerina menghindari tanah becek akibat rembesan air si tukang mekanik bengkel plus cuci motor yang rumahnya sudah aut-autan. Dibalik itu, berdiri kokoh bank berdinding putih mulus yang di depannya terpampang pilar-pilar menjulang seperti bangunan Coloseum-nya Romawi dulu tempat para Gladiator beradu nyawa.


Seorang tukang parkir tengah sibuk mendahulukan mobil yang hendak keluar dari pelataran gedung megah. Kulitnya gelap seperti terpanggang oleh sengatan mentari. Di tengah kejadian itu semua, kakiku terhenti menyaksikan arak-arakan mobil pick up, dibelakangnya berjejalan orang-orang yang memakai kupiah putih dan hitam. Sedang di atasnya berkibar bendera hijau bertuliskan arab innalillahi wa innailaihi roji'un… ya, sore itu malaikat izrail turun menjemput ruh seorang manusia. Tapi, tunggu! Sepertinya aku kenal yang duduk dibelakang itu… itu kan Wisnu? Ya benar itu Wisnu, tetangga dua buah rumah dari rumahku…


Berarti yang meninggal itu? Aku berusaha merogoh saku celana untuk mengeluarkan handphone yang keliman kainnya mulai mbrojol tidak karuan, sejurus keypad itu mulai kumain-mainkan dengan lincah mencari nomor Wisnu yang berderet di dalam phonebook, lalu type message dan mengetik…


"Nu, naik pick up mau kemana..?"


Aku tak berharap dia membalasnya (jika berita duka itu datang dari salah satu keluarganya, kalaupun di balas maka syukur Alhamdulillah berarti bukan salah satu keluarganya yang meninggal --aku juga tak berharap kedua hal itu), dan pesan pun aku kirim. Belum lama raga ini melayang melengang meninggalkan gedung bank yang menjadi pencakar langit itu, saku celana ini bergetar menggelitik selangkanganku. Ya, and send message, aku membuka ingin mengetahui dari mana sms itu berasal, seperti yang aku harap, Wisnu membalas sms-ku…


"Abah meninggal, udah lunas!!"


Ya Allah, Paman Sobri..? Innalillahi wa innailaihi roji'un, seraya hatiku berdoa, "Ya Allah mudahkanlah urusannya di alam kubur, lapangkanlah jalannya menuju jalan-Mu, ringankahlah hizabnya, Amien…" Sore itu kacamata kuda seakan tumbuh dari kedua telingaku menutupi sebelah kanan dan kiri dan membuat pandanganku tidak dapat lagi menoleh ke kanan dan ke kiri. Mata hati ini seperti berbisik mengatakan bahwa ini lebih baik jika seandainya kamu mengetahui. Ya Allah, bagaimana ini? Memang benar hamba seorang yang fakir, maka tunjukilah jalan-Mu yang lurus.


Di dalam perjalanan pulang, sinar matahari tampak terbelah oleh tiang listrik yang tingginya 8 meter menimbulkan bias sinar merah horizontal yang langsung dihantarkan oleh debu-debu yang dikibas lalu lalang mobil dan kendaraan.


524,7 Meter


Siang hari ini membuat tenggorokanku kering kerontang. Sinarnya hampir membuat ubun-ubunku seperti di tusuk jarum. Jam menunjukkan pukul 1 siang, mataku nanar mencari taksi untuk bergegas menuju kampus.


"Taksi..!!!"


Mobil L300 itu berhenti tepat di depanku. Di dalamnya penuh sesak oleh penumpang dengan tampang kusut masai. Wajar, karena L300 keluaran tahun 1985 memang berbahan bakar solar, maka jangan heran baunya menyebar semerbak yang jika orang tidak tahan dengan aroma yang bercampur mesin itu maka isi perut bisa keluar dibuatnya.


3.266,57 Meter


Benda besi yang aku tunggangi ini pun berhenti di pertigaan jalan.


"Coy, naik colt lagi?"


"Biasa, cari suasana baru coy!"


"Suasana baru, apa mata baru?"


"Mata? Matahari kale.."


"Bukan matahari lagi, tapi matakaki!"


"Hah, matakaki? Whats the meaning?"


"The meaning is cendol..! hahaha…"


Tano memang suka ngebanyol, dia memang anak yang periang di satu angkatanku. Orangnya gaul dan tidak pernah mengeluh jika itu berhubungan dengan urusan duit, walau aku tahu dia memang hidup di bawah rata-rata.


"Coy, Abahnya Wisnu kemarin meninggal udah denger gak?"


"Wisnu..? anak bapak Sobri itu?"


"Yap! sekomplek denganku."


"Innalillahi wa innailaihi roji'un.."


0.000,45 Meter


Nisan kayu meranti bertuliskan Sobri Bin Amin masih segar dikelopak mata. Umurnya baru 2 hari. Tanahnya masih gambur tak lupa bunga sedap malam dan melati serta campuran bunga-bunga yang aku tidak tahu namanya itu masih berhamburan di sana sini. Menimbulkan aroma khas makam bercampur dengan tanah di kuahi oleh percikan air segar.


Tanaman kamboja seperti sengaja di tancapkan tepat di atas gundukan tanah ahli kubur itu. Sedang suara gagak sayup-sayup terdengar lirih bersahut-sahutan dari kejauhan. Ah! Mitos!! Pikirku. Mengapa orang-orang begitu percaya jika gagak hinggap di suatu dahan di atas rumah maka sang penghuni rumah bakal sakaratul maut dalam waktu dekat. Mitos!! Aku tak percaya yang demikian itu. Sungguh terlalu! Tega nian yang membuatnya. Pikirku.


Selang beberapa saat dari balik gerbang makam ini tampak pelayat memanggul keranda jenazah di atasnya. Ah, ada yang meninggal lagi rupanya… mbah Sodron penggali kubur yang rambut hampir memutih itu mendekatiku.


"Siapa mbah?" tanyaku


"Korban kecelakaan…"


"Ooo…"


Herannya, mengapa pelayat yang datang hanya beberapa orang, itu pun petugas dinas rumah sakit juga petugas pembawa mobil jenazah. Jumlahnya pun hanya 3 orang di tambah 4 orang petugas pemanggul keranda.


"Mana keluarganya?" tanyaku lagi dengan mbah Sodron.


"Katanya korban tabrak lari…" mbah Sodron menjelaskan.


"Wah, dapet orderan neh…" candaku dengan beliau.


"Hehe.. itulah jeleknya penggali kubur, doa mengharap kematian!"


"Huehehe…, wah berarti mbah temennya izroil neh.." sambungku lagi


"Hmm.. izroil? Siapa ya, mbah gak kenal…" selidik mbah sodron kemudian.


"Malaikat pencabut nyawa!"


"Ooallah!… hahaha…"


Tawanya beliau seperti drakula! Giginya tinggal dua.


2, 700 Meter


Mataku tampak berkunang-kunang, tidak seperti biasanya. Setiap senja, selalu saja mata ini tampak berbayang-bayang bila melihat ke depan. Semakin mataku ku usap, semakin itu pula baying-bayang yang entah darimana datangnya selalu saja menutupi kelopak mata.


…………….. ………………… ………………… 0,000 Meter


Di bawah timbunan dan dinginnya tanah hitam…



***

Senin, 28 Desember 2009

buah hati


ketika datang lelah, anak manusia inilah pengobat kelelahanku. ketika ujian datang, anak manusia inilah yg menjadi jawabanku. ketika kebahagiaan itu datang, anak manusia inilah yg membuat aku bahagia, hidup dlm kesyukuran karena datang anugerah yg tak ternilai harganya.
terima kasih ya Allah atas karunia-MU...

tafakkur


Mengapa diriku terlarut dlm dosa
Sedangkan waktu terus berjalan tanpa noda
Jejak langkah ini sangat pilu ketika berjalan di jalanan kota
Menanti fajar naik ke awan mega
Diri ini sangat hina
Tampil congkak berdiri di kaki tanpa membaca do'a

(dlm cobaan yg pantas aku terima..)

pantaskah??


Bukan, bukan karena Allah yg merasa menghina dinakan manusia. Justru manusialah yg membuat hina dina dirinya di hadapan Allah yg Maha Tunggal. Kalau pun manusia memiliki tongkat keyakinan yg mumpuni, maka wajar bila Nabi Muhammad sangat tak pantas tinggal di syurga --walaupun sdh dijamin Allah---, mengapa? Ketika keyakinan seseorang sampai pada derajat ketinggian --layaknya seorang Nabi & Rasul--- semakin tak pantaslah dirinya di 'lempar' ke syurganya Allah yg Maha Tunggal!
Justru yg mengherankan adalah, seseorang yg belum tentu maksum (terhindar dari dosa) merasa dirinya pantas memasuki syurganya Allah yg Maha Tunggal tersebut. Sangat tak layak bahkan menodai kesucian dirinya sendiri dihadapan Allah yg Maha TUnggal.

Rabu, 02 Desember 2009

penyesalan itu pasti ada!


Apa yg salah di dunia ini? tidak ada yg salah, justru dunia tdk pernah mempermasalahkan apa pun di dunia ini, yg menjadi masalahnya adalah manusianya (person), yak... manusia lah yg membuat masalah di dunia (bumi & semesta alam). Mereka dng tangan bisa menghancurkan gunung, membunuh sesamanya (tanpa haq), berbuat keonaran ditengah ketenangan & keramaian, berburu kesenangan sesaat yg belum tentu selamanya dia rasakan, seandainya bumi bisa berbicara mungkin saja dia akan mencaci maki manusia yg udah bikin kerusakan di wajahnya, membuat angkara murka dgn segala kepongahan yg penuh dgn kesombongan manusia. Seandainya langit memiliki mulut utk berbicara, mungkin saja langit akan mengeluarkan air liur menggenangi mulut2 manusia yg penuh dgn angkuh dlm berbicara, sombong ketika menerima kebenaran. Lantas bagaimana sebenarnya kebenaran itu? apakah bumi & langit memiliki kebenaran sesungguhnya. Lalu, apa sebenarnya keinginan manusia yg paling hakiki? hidup aman sentausa dgn kehidupan ini saja? ataukah menyesal telah diciptakan di dunia?
Ah, terkutuk benar manusia, sudah diberikan akal, jasad, kehidupan dunia, namun tetap saja tdk pernah berfikir buat apa dia diciptakan di dunia, buat apa dia dihadirkan di dunia... tapi sejahat2nya manusia, tetap saja dia adalah seorang abid (hamba) yg memiliki kelemahan, yg memiliki kekeliruan, seorang presiden belum tentu selalu benar dlm menjalankan kebijakannya, seorang khalifah (khilafah) pun tentu memiliki peluang utk berbuat salah. Setiap perbuatan tentu mengandung resiko, seorang pembunuh pasti yakin dia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya (entah sekarang atau kapan pun), seorang pengambil kebijakan tentu telah menelaah bagaimana prospek kebijakan yg diambil ke depannya.
Hmmm... benarlah, setiap perbuatan pula manusia pasti melaluinya dgn keyakinan (bahwa perbuatannya adalah konsekuensi dia berada di dunia), berani berbuat pasti berani bertanggung jawab (kini atau kelak) dan penyesalan itu pasti ada!