saya hanyalah manusia biasa, yg banyak dipenuhi oleh salah dan khilaf, oleh karena itu jikalau ada postingan saya yg kurang berkenan di hati saudara pembaca sekalian, mohon dimaafkan lahir bathin, karena kebenaran hanya berasal dari Allah, dan kesalahana sepenuhnya ada diri saya...

Rabu, 30 Desember 2009

vida feminino: iasi es la vida!


Membayangkan bagaimana alam semesta terbentuk, sungguh sangatlah tidak manusiawi kalau tidak kita katakan itu merupakan sesuatu yang sangat maha sempurna, baik dipandang dari sudut kualitas begitu pula dari segi kuantitas. Menengahi pendalaman mengenai objek alam semesta di jagad raya, sejarah telah mencatat bagaimana proses perjalanan makhluk yang mendiami objek alam semesta dari proses awal pembentukan jagad raya sampai proses peralihan dari makhluk yang tiada memiliki akal hingga makhluk yang memiliki akal, yaitu manusia.

Dalam membahas ranah pengawalan tadi, apa sebenarnya maksud yang melandasi alam semesta untuk diciptakan dan kemana alam semesta itu sendiri akan dibawa. Satu hal yang perlu ditelusuri dari hal itu semua adalah bagaimana ‘the best actor’ yang melakukan proses alam semesta. Bagi sebagian pemikir kiri, waktu merupakan kombinasi yang apik dalam menjalani alam semesta, bagaimana dalam hitungan waktu saja seorang ekonom dapat mempengaruhi harga pasar, dengan hitungan waktu saja seorang politikus dapat mengindahkan agar menciptakan neo-kolonialisme yang lebih dianggap ‘samar-samar’ namun dampaknya sangat luar biasa hebat bahkan dapat mencekik bayi orok yang baru lahir ke dunia, bagaimana seorang psikologis dapat menciptakan dunia filsafat bergeser jauh mengenai keberadaan Tuhan pencipta alam atau hampir atheis dan benar-benar menjadi atheis kayu, dan dengan waktu pula seorang aristokrat ulung dengan ‘proyek-proyek gelap’nya dapat membuang air liurnya dengan leluasa dihadapan pejabat-pejabat ‘sakit’.

Begitu banyak peluang yang didapat dari hidup ini, contohnya seorang calon ibu ketika menunggu detik-detik kelahiran anaknya untuk menghirup dunia luar dengan mengerahkan segenap tenaga dan kekuatannya agar bagaimana sang jabang bayi keluar dengan selamat dan mengindahkan nyawa sang wanita itu sendiri, seandainya sang calon ibu berspekulasi kebelakang untuk memenangkan babak pertarungannya itu demi nyawanya sendiri (calon ibu) maka sang jabang bayi hanya bisa pasrah dan rela tubuhnya di’obrak-abrik’ di dalam perut rahim. Tapi apa yang dilakukan si calon ibu, dengan serta merta hanya mengharapkan si jabang bayi keluar dengan selamat tanpa memikirkan tubuhnya sendiri dibredel melalui ‘jalan belakang’.

Ketika petang tiba saya melihat ‘pemandangan’, berjalan seorang tunawisma di pelataran kompleks elite dengan menenteng kasur tipis yang selalu dibawa ke sana kemari, persis seperti kain lusuh. Dia hanya bisa menatap kosong ke depan dengan mulut melompong dan keringat basah terlihat dari baju belakangnya, kemudian tak lama berselang keluar seseorang dari dalam rumah elite itu untuk kemudian menghardik dengan kasar dan keras, sang tunawisma hanya bisa berlalu dan menundukkan kepalanya kebawah, apakah ini hidup? (pikirku). Apakah hidup hanya berselang diatas meja makan, apakah hidup hanya untuk jenderal yang memiliki tentara ribuan, apakah hidup hanya untuk bos-bos dengan perut gentongnya yang berada di dalam ‘perkampungan’ diskotik.

Seorang filsuf Thomas Morus (1478-1535) “Domba makan Manusia”, secara ekonomis memang perlu, tetapi pada saat itu dilakukan dengan kebrutalan yang sangat luar biasa. Dulu, di Inggris agar dapat meningkatkan produksi benang wol yang sangat digemari masyarakat Inggris pada saat itu, harus diciptakan padang rumput yang luas bagi domba-domba. Dan hal ini dapat terjadi terutama dengan mengorbankan petani kecil. Tanah mereka lalu dirampas dan mereka sendiri diusir dari tanah yang mereka kerjakan. Selain itu mereka juga kehilangan hak untuk mengolah tanah milik desa “dimana dahulu empat puluh orang bekerja untuk hidupnya, sekarang hanya ada seorang laki-laki dan seorang pengembala domba”1) tulis seorang penulis kronis sejarah.

Seorang laki-laki itu adalah si pemilik tanah yang tanahnya bertambah luas dan memagar sekelilingnya sebagai tanda miliknya. Sebagai ‘ganti rugi’, biasanya ia membayar uang kepada petani yang hanya cukup untuk bermabuk-mabukan selama sebulan saja. Untelan wol tersebut diproduksi secara terbatas hanya untuk para bangsawan yang mendiami puri-puri kerucut. Gambaran sangat jelas dapat diketahui bagaimana seekor Domba dapat ‘mengalahkan’ Manusia, ini hanya terjadi ketika proses kapitalistik sedang memperlihatkan gigi taringnya terhadap rakyat miskin. Indonesia? Banyak proses kapitalistik sedang menjelma menjadi chaos capitalistic2), kebrutalan yang dilakukan pemerintah dinilai sangat berharga dan menjadikannya ladang pembantaian harga diri rakyat sendiri. Penggusuran, kenaikan harga barang pokok3), keruntuhan supremasi hukum, korupsi, kolusi, nepotisme ringan dan berat4), hidup tidak lebih hanyalah urusan kantong tebal dan itu merupakan kaidah dasar seorang penganut kapitalis.

Kembali kepembahasan pengawal lagi, bagaimana jika kamu melakukan proses komparasi lebih lanjut dari proses terjadi alam semesta tadi, maka yang didapat adalah bukanlah bagaimana mata telanjang kamu dapat melihat dengan langsung sinar ultraviolet matahari di siang hari, namun disini yang perlu saya ditekankan adalah bagaimana proses induksi kamu memperhatikan kejadian-kejadian alam ini seperti proses perputaran roda pedati, bahwa seluruh jagad raya ini ada yang membawanya, ada yang memindahkan dari satu tempat ke tempat lain, ada yang melakukan perelaksasian terhadap setiap gerakan dan pergeseran kulit bumi agar menjadikannya pulau-pulau yang utuh, lengkap dengan segala isi dan jenis makhluk hidup yang mendiami objek alam semesta, proses analitikus yang kalian lakukan bukanlah suatu keharusan yang dapat berakibat kekosongan hakikat dari hidup itu sendiri, jadi kalian hanya menjadikannya sebuah keyakinan yang pasti, bahwa segala proses pembentukan di seluruh komponen-komponen dasar dari tata surya yang menaungi alam ini adalah kejadian baku yang hanya diciptakan oleh kekuatan-Nya.

Perjalanan sejarah kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pengetahuan manusia itu sendiri. Oleh karena itu suatu ramalan tentang jalannya sejarah di masa mendatang harus memperhitungkan pertumbuhan pengetahuan kita, misalnya di bidang penelitian obat-obat farmasi, atom dan energi. Tetapi hal ini tidaklah mungkin terjadi, karena tidak ada seorang ilmuwan pun yang mampu melaporkan hasil kerjanya dimasa datang. Singkatnya: ia tidak bisa mengatakan hari ini, apa yang besok baru diketahuinya. Karena itulah makhluk yang bernama manusia perlu pedoman, perlu tuntunan hidup, segala kedigdayaannya memerlukan rambu-rambu yang dapat mengerem setiap langkah yang diambil. Hidup hanyalah urusan perut, begitu pandangan kaum sosialis dan kapitalis, hidup hanyalah mampir, menurut islam. Pembahasan mengenai –konsep hidup– tidak sampai disini. Jangan berhenti dulu ya… [pemulungsampahjalanan]

Catatan kaki:

1) Essay R.L. Heilbroner: Wirtschaft und Wissen, Bund, Koeln.

2) Proses reduksi dari pemahaman kapitalistik yang melahirkan ‘kerumitan’ dalam berpikir seseorang sehingga melahirkan karya yang meradikalisasi, sebagai bagian dari induk semang Adam Smith bahwa adanya ‘tangan ajaib’ yang dapat mempengaruhi harga pasar. Perekonomian yang dijalankannya mereduksi sehingga menciptakan kompleksitas (kerusakan-dalam fisik dan sifatnya reaktif) berpikir seorang legalitor kapitalis dalam mengeksekusi di lapangan.

3) Saat ini, penamaan untuk pasangan kata ‘barang pokok’ (ikan/pauk, gula, susu, sayur/lauk, beras, minyak, garam, buah-buahan, dan air mineral) telah mengalami pemindahan makna, barang pokok lebih dimaknai sebagai barang yang dapat mencukupi makan satu hari, setelah itu tidak ada lagi (beras tok!). Barang pokok telah dianggap barang komoditi yang lebih mementingkan harganya dan bukan manfaatnya. Pemberian gizi terhadap bayi-bayi dibawah lima tahun sudah dianggap menyalahi aturan dan perlu segera dihapuskan, tak heran kalau banyak kasus busung lapar, polio, gizi buruk yang banyak dialami oleh kawasan yang dianggap subur oleh berbagai macam penganan pokok.

4) Keadaan ketika sejumlah keluarga menghendaki kedudukan yang lebih tinggi dari pada sang nepotismer sendiri, sehingga dianggap sebagai nepotisme ringan. Nepotismer menganggap kesalahan bukanlah dari dia yang masih berkeluarga namun kesalahan merupakan kedudukan ketika telah dipegang dan seketika itu pula banyak mengharapkan bukan saja dari keluarga sendiri namun dari keluarga jauh, bisa juga dari kawan sendiri, dan itu adalah nepotisme berat, berat karena kedudukannya banyak yang mengincar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar