saya hanyalah manusia biasa, yg banyak dipenuhi oleh salah dan khilaf, oleh karena itu jikalau ada postingan saya yg kurang berkenan di hati saudara pembaca sekalian, mohon dimaafkan lahir bathin, karena kebenaran hanya berasal dari Allah, dan kesalahana sepenuhnya ada diri saya...

Rabu, 30 Desember 2009

pemulung dunia



Siapa yang ingin menjadikan pemulung sebagai profesi? Anda? Sahabat anda? Istri anda? Ataukah anak anda? Yang pastinya menjadi pemulung sangatlah tidak mengenakkan. Disamping harus memunguti sampah-sampah manusia sekotaan, belum lagi wabah penyakit yang selalu menghantui kesehatan. Tapi seandainya ada tawaran yang menawarkan kepada anda untuk menjadikan pemulung sebagai profesi dengan gaji 10 juta/1000 kg sampah plastik perhari beserta tunjangan makan dan hari tua, apakah keinginan anda akan di kubur hidup-hidup ataukah akan anda hidupkan kembali untuk menerima tawaran tersebut, dengan konsekuensi kesehatan anda dibredel habis-habisan oleh penyakit yang ditimbulkan oleh sampah-sampah dan kotoran manusia tersebut dan saya kira impas antara pemasukan dan pengeluaran, pemasukan yang anda terima adalah 10 juta namun disisi lain anda harus mengeluarkan uang untuk membiayai rawat inap anda di rumah sakit yang dapat merogoh kantong kering anda, dan tentu saja anda pun harus terus mencari dan mencari terus sampah plastik yang diinginkan. Pernahkah anda berkhayal menjadi Sang Sidharta Gautama, dengan berbekal pisau keyakinannya rela meninggalkan kelezatan dunia hanya untuk menyusuri dan menelusuri dimana letak kebenaran hakiki sebagai alat untuk menjalani kehidupan di dunia hingga akhirnya mencapai nirwana pada ajalnya. Sederhana saja, ketika barang kesayangan anda hilang di dalam rumah, niat untuk mencari barang tersebut sudah pasti ada dan anda berupaya untuk itu. Seperti seekor lalat yang mengelilingi kepala dan mengeluarkan suara ngiuung… ngiuuung, anda merasakan kecemasan, penasaran sekaligus was-was yang berlebihan dan tidak mempercayai kenyataan yang anda hadapi pada diri anda sendiri bahwa barang kesayangan anda telah benar-benar hilang. Lalu kemana? Syak wasangka tersebut terlahir karena cemasnya hati anda dan penasarannya otak anda. Itu dalam pikiran anda selanjutnya.

Terlalu banyak orang-orang berduyun-duyun meneror penjual supermarket untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok yang diperlukan untuk sekedar disetor ke dalam lemari pendingin. Terlalu banyak orang-orang mengikuti sejumlah MLM yang menggiurkan jidat, dengan jaminan ini dan itu dan lain sebagainya. Begitupula banyak sekali anak-anak muda dan mudi mengeluarkan isi kantong untuk menghiasi tubuhnya dengan balutan tank top, celana cut bray, baju you can see, i can see you! Ketek you bau!! Model-model rambut yang tadinya hanya kuncung di depan sampai model rambut ala Agnes Monica atau VJ Daniel Dandy (nyegrak di atas kepala dan berponi kuda di depan), yuuck… keinginan tersebut tidak lebih hanyalah gundukkan-gundukkan sampah yang sia-sia. Lebih dari 3000 tahun yang lalu, ketika Oom Socrates, Apollo, Archimides hanya menggunakan sehelai kain untuk menutup auratnya, sejak saat itu pula manusia berupaya dengan segala cara untuk mencari perlindungan diri dari tusukan dinginnya angin malam dan panasnya mentari. kosakata ‘pemulung’ yang ingin saya utarakan bukanlah seperti pembahasan pengawal tadi, melainkan pemulung disini merupakan anak manusia yang selalu mencurahkan hatinya untuk menyelami kebenaran hakikat dunia dengan cara menjumput, memilih, memilah, mengobservasi, menganalisis, menerapkan dan sekaligus menjadikannya tuntunan dalam pencapaiannya ke akhirat kelak. Beragam variasi menu-menu ilmu pengetahuan dan sains di dunia hadir disetiap hamparan bumi yang dihuni manusia ini, dari yang eksak juga yang eksakta, dari yang berat sampai yang ringan. Biologi, fisika, kimia, oceanograpi, astronomi, matematika, parasitologi dan lain-lain. Begitupula ilmu pengetahuan penunjang kehidupan akhirat nantinya, Islam, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Chu, Shinto, Zoroaster, Ahmadiyah dan lain-lain. Seorang keturunan Yahudi, Karl Marx adalah anak seorang pengacara yang memiliki ‘nafsu’ menaklukkan berjubel-jubel tumpukkan buku perpustakaan, namun bukan saja Marx yang memiliki ‘hasrat’ tersebut, sebut saja Ali Shari’ati, Murthada Muthahari martir Iran, Taqiyuddin an-Nabhani, Soekarno dan lain-lain, hal tersebut menggambarkan tentang bagaimana perjuangan seorang anak manusia mengumpulkan ilmu pengetahuan dan sains ke dalam kancahnya sebagai manusia hingga akhirnya menjadikan dirinya sebagai –manusia tercerahkan sekaligus manusia yang terhinakan–. Mereka telah menghabiskan sisa-sisa masa mudanya untuk bergelut dan mengais-ngais dunia ilmu pengetahuan dan sains. Dengan anugerah akal yang diberikan Tuhan, manusia dapat menggunakannya untuk membandingkan dan menganalisa tentang baik dan buruknya bagi kelangsungan hidup peradaban manusia, dengan berbagai cara pula manusia dapat memilih dan memilah selanjutnya mengadakan survey, jajak pendapat terhadap ilmu pengetahuan dan sains agar menerangi jalan pikiran manusia yang sebelumnya mengalami gelap gulita karena kebodohan.

Keparahan yang sering diterima oleh manusia adalah ketika ilmu pengetahuan dan sains tersebut dimanfaatkan guna kepentingan pribadi. Ambil saja Karl Marx, dengan Das Kapital-nya mampu menyihir seorang yang bernama Hitler untuk mengadakan ‘aplikatif rinci’ terhadap ajaran yang dibawakan Marx. Tak heran jikalau Ulil Abshar Abdalla motor Jaringan Islam Liberal dapat mengendalikan proses berpikir dan intelektualitas mahasiswa-mahasiswa di universitas-universitas dan para kiai-kiai ‘ngelantur’ dapat begitu mudah diubah dan disulap seperti zombie yang dicolok hidungnya dengan pisau ajaran yang me-’liberal’-kan segala hukum-hukum Tuhan. Al-quran di dekonstruksi, ummat Islam dijauhkan dengan ‘Islam’nya, ajaran Islam dikebiri seperti kambing congek, wanitanya dibebaskan dari belenggu rumah tangga untuk keluar rumah menanggalkan pakaian yang menutup aurat dan berlenggak lenggok seperti kucing ambeien. Hendaknya manusia menggunakan pisau berpikirnya untuk merenungi, meresapi, mempelajari tentang kejadian alam yang diciptakan Tuhan kepadanya dan bukan dengan sembarangan menafsirkan dan menerapkan semau ‘udel’nya sehingga hasil dari petualangannya dalam me’mulung’ ilmu pengetahuan dan sains tidak menimbulkan kejahatan sosial dan kemanusiaan. Jika tidak, akan banyak sekali orang-orang yang rela darahnya disedot Aedes Agypti dan Anopheles ditengah pekuburan hanya untuk bertemu sang arwah guna memberi wangsit togel dan letak harta qorun yang tertinggal. Agar jangan lagi engkong-engkong berambut seperti Paus Benediktus berjalan tertatih-tatih menuju lokalisasi, dan jangan ada lagi pejabat-pejabat yang beramai-ramai memindahkan meja beserta uang didalamnya untuk dibawa ke rumah. Pemulung tersebut haruslah benar-benar pemulung yang memiliki penyaring raksasa agar apapun yang masuk dan menyembur ke dalam saringan tadi akan segera diterima dengan akal jernih dan tidak menjadikannya sebagai penghancur moral dan norma-norma yang diturunkan Tuhan Semesta Alam serta kemudian diambil yang baik dan membuang yang buruk. Lalu apakah sekarang anda ingin menjadi pemulung yang memiliki jepitan dan tas gandol untuk menjumput sampah dunia? [pemulungsampahjalanan]

Catatan lainnya:

  1. Manusia memiliki akal sehat yang dapat digunakannya setiap saat, tentunya manusia tersebut harus memiliki rambu-rambu yang benar dalam menafsirkan setiap sesuatu yang dimasuk kedalam akal sehatnya. Jikalau akalnya sehat, maka apapun yang dihasilkan (out put) dari akal sehatnya haruslah tidak bertentangan dengan rambu-rambu yang benar tersebut begitu pula sebaliknya.
  2. Seorang pencuri, pembunuh dapat hilang dari dosanya jikalau dia mau dengan sungguh-sungguh bertobat dari perbuatannya dan menyerahkan segala urusannya kepada seseorang yang menjadikan bai’at terhadap dirinya dan terhadap perbuatannya,
  3. Hidayah datang dari Tuhan, itu mutlak. Lalu apakah manusia hanya tinggal diam menunggu hidayah datang ‘menjamah’ dirinya agar dapat bangkit dari keterpurukan? Tidak! Sekali lagi tidak! Manusia dibekali akal dan kesehatan, dengan kedua hal tersebut manusia seharusnya menjemput hidayah Tuhan yang terbentang di hamparan Bumi, bukannya menunggu dan menunggu terus di rumah. Seorang anak bertanya kepada bapaknya, “Bapak, kenapa Bapak tidak shalat?” sang Bapak pun menjawab “Buat apa shalat kalo hidayah belum datang, apalah artinya shalat jika hati kita tidak ikhlas karena shalat dan kalaupun dipaksakan, apakah hati kita tidak syirik karena dorongan makhluk Tuhan?” apakah benar yang dikatakan sang Bapak tadi? Ataukah salah dalam menafsirkan hidayah tadi?

kata kunci:

Takdir Tuhan adalah segala-galanya dalam hidup ini namun bukan takdir pula yang menentukan seseorang akan terjerembab dalam lumpur kehinaan, dia dapat keluar dari takdir tersebut dan mengadakan pencerahan pemikiran.

vida feminino: iasi es la vida!


Membayangkan bagaimana alam semesta terbentuk, sungguh sangatlah tidak manusiawi kalau tidak kita katakan itu merupakan sesuatu yang sangat maha sempurna, baik dipandang dari sudut kualitas begitu pula dari segi kuantitas. Menengahi pendalaman mengenai objek alam semesta di jagad raya, sejarah telah mencatat bagaimana proses perjalanan makhluk yang mendiami objek alam semesta dari proses awal pembentukan jagad raya sampai proses peralihan dari makhluk yang tiada memiliki akal hingga makhluk yang memiliki akal, yaitu manusia.

Dalam membahas ranah pengawalan tadi, apa sebenarnya maksud yang melandasi alam semesta untuk diciptakan dan kemana alam semesta itu sendiri akan dibawa. Satu hal yang perlu ditelusuri dari hal itu semua adalah bagaimana ‘the best actor’ yang melakukan proses alam semesta. Bagi sebagian pemikir kiri, waktu merupakan kombinasi yang apik dalam menjalani alam semesta, bagaimana dalam hitungan waktu saja seorang ekonom dapat mempengaruhi harga pasar, dengan hitungan waktu saja seorang politikus dapat mengindahkan agar menciptakan neo-kolonialisme yang lebih dianggap ‘samar-samar’ namun dampaknya sangat luar biasa hebat bahkan dapat mencekik bayi orok yang baru lahir ke dunia, bagaimana seorang psikologis dapat menciptakan dunia filsafat bergeser jauh mengenai keberadaan Tuhan pencipta alam atau hampir atheis dan benar-benar menjadi atheis kayu, dan dengan waktu pula seorang aristokrat ulung dengan ‘proyek-proyek gelap’nya dapat membuang air liurnya dengan leluasa dihadapan pejabat-pejabat ‘sakit’.

Begitu banyak peluang yang didapat dari hidup ini, contohnya seorang calon ibu ketika menunggu detik-detik kelahiran anaknya untuk menghirup dunia luar dengan mengerahkan segenap tenaga dan kekuatannya agar bagaimana sang jabang bayi keluar dengan selamat dan mengindahkan nyawa sang wanita itu sendiri, seandainya sang calon ibu berspekulasi kebelakang untuk memenangkan babak pertarungannya itu demi nyawanya sendiri (calon ibu) maka sang jabang bayi hanya bisa pasrah dan rela tubuhnya di’obrak-abrik’ di dalam perut rahim. Tapi apa yang dilakukan si calon ibu, dengan serta merta hanya mengharapkan si jabang bayi keluar dengan selamat tanpa memikirkan tubuhnya sendiri dibredel melalui ‘jalan belakang’.

Ketika petang tiba saya melihat ‘pemandangan’, berjalan seorang tunawisma di pelataran kompleks elite dengan menenteng kasur tipis yang selalu dibawa ke sana kemari, persis seperti kain lusuh. Dia hanya bisa menatap kosong ke depan dengan mulut melompong dan keringat basah terlihat dari baju belakangnya, kemudian tak lama berselang keluar seseorang dari dalam rumah elite itu untuk kemudian menghardik dengan kasar dan keras, sang tunawisma hanya bisa berlalu dan menundukkan kepalanya kebawah, apakah ini hidup? (pikirku). Apakah hidup hanya berselang diatas meja makan, apakah hidup hanya untuk jenderal yang memiliki tentara ribuan, apakah hidup hanya untuk bos-bos dengan perut gentongnya yang berada di dalam ‘perkampungan’ diskotik.

Seorang filsuf Thomas Morus (1478-1535) “Domba makan Manusia”, secara ekonomis memang perlu, tetapi pada saat itu dilakukan dengan kebrutalan yang sangat luar biasa. Dulu, di Inggris agar dapat meningkatkan produksi benang wol yang sangat digemari masyarakat Inggris pada saat itu, harus diciptakan padang rumput yang luas bagi domba-domba. Dan hal ini dapat terjadi terutama dengan mengorbankan petani kecil. Tanah mereka lalu dirampas dan mereka sendiri diusir dari tanah yang mereka kerjakan. Selain itu mereka juga kehilangan hak untuk mengolah tanah milik desa “dimana dahulu empat puluh orang bekerja untuk hidupnya, sekarang hanya ada seorang laki-laki dan seorang pengembala domba”1) tulis seorang penulis kronis sejarah.

Seorang laki-laki itu adalah si pemilik tanah yang tanahnya bertambah luas dan memagar sekelilingnya sebagai tanda miliknya. Sebagai ‘ganti rugi’, biasanya ia membayar uang kepada petani yang hanya cukup untuk bermabuk-mabukan selama sebulan saja. Untelan wol tersebut diproduksi secara terbatas hanya untuk para bangsawan yang mendiami puri-puri kerucut. Gambaran sangat jelas dapat diketahui bagaimana seekor Domba dapat ‘mengalahkan’ Manusia, ini hanya terjadi ketika proses kapitalistik sedang memperlihatkan gigi taringnya terhadap rakyat miskin. Indonesia? Banyak proses kapitalistik sedang menjelma menjadi chaos capitalistic2), kebrutalan yang dilakukan pemerintah dinilai sangat berharga dan menjadikannya ladang pembantaian harga diri rakyat sendiri. Penggusuran, kenaikan harga barang pokok3), keruntuhan supremasi hukum, korupsi, kolusi, nepotisme ringan dan berat4), hidup tidak lebih hanyalah urusan kantong tebal dan itu merupakan kaidah dasar seorang penganut kapitalis.

Kembali kepembahasan pengawal lagi, bagaimana jika kamu melakukan proses komparasi lebih lanjut dari proses terjadi alam semesta tadi, maka yang didapat adalah bukanlah bagaimana mata telanjang kamu dapat melihat dengan langsung sinar ultraviolet matahari di siang hari, namun disini yang perlu saya ditekankan adalah bagaimana proses induksi kamu memperhatikan kejadian-kejadian alam ini seperti proses perputaran roda pedati, bahwa seluruh jagad raya ini ada yang membawanya, ada yang memindahkan dari satu tempat ke tempat lain, ada yang melakukan perelaksasian terhadap setiap gerakan dan pergeseran kulit bumi agar menjadikannya pulau-pulau yang utuh, lengkap dengan segala isi dan jenis makhluk hidup yang mendiami objek alam semesta, proses analitikus yang kalian lakukan bukanlah suatu keharusan yang dapat berakibat kekosongan hakikat dari hidup itu sendiri, jadi kalian hanya menjadikannya sebuah keyakinan yang pasti, bahwa segala proses pembentukan di seluruh komponen-komponen dasar dari tata surya yang menaungi alam ini adalah kejadian baku yang hanya diciptakan oleh kekuatan-Nya.

Perjalanan sejarah kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pengetahuan manusia itu sendiri. Oleh karena itu suatu ramalan tentang jalannya sejarah di masa mendatang harus memperhitungkan pertumbuhan pengetahuan kita, misalnya di bidang penelitian obat-obat farmasi, atom dan energi. Tetapi hal ini tidaklah mungkin terjadi, karena tidak ada seorang ilmuwan pun yang mampu melaporkan hasil kerjanya dimasa datang. Singkatnya: ia tidak bisa mengatakan hari ini, apa yang besok baru diketahuinya. Karena itulah makhluk yang bernama manusia perlu pedoman, perlu tuntunan hidup, segala kedigdayaannya memerlukan rambu-rambu yang dapat mengerem setiap langkah yang diambil. Hidup hanyalah urusan perut, begitu pandangan kaum sosialis dan kapitalis, hidup hanyalah mampir, menurut islam. Pembahasan mengenai –konsep hidup– tidak sampai disini. Jangan berhenti dulu ya… [pemulungsampahjalanan]

Catatan kaki:

1) Essay R.L. Heilbroner: Wirtschaft und Wissen, Bund, Koeln.

2) Proses reduksi dari pemahaman kapitalistik yang melahirkan ‘kerumitan’ dalam berpikir seseorang sehingga melahirkan karya yang meradikalisasi, sebagai bagian dari induk semang Adam Smith bahwa adanya ‘tangan ajaib’ yang dapat mempengaruhi harga pasar. Perekonomian yang dijalankannya mereduksi sehingga menciptakan kompleksitas (kerusakan-dalam fisik dan sifatnya reaktif) berpikir seorang legalitor kapitalis dalam mengeksekusi di lapangan.

3) Saat ini, penamaan untuk pasangan kata ‘barang pokok’ (ikan/pauk, gula, susu, sayur/lauk, beras, minyak, garam, buah-buahan, dan air mineral) telah mengalami pemindahan makna, barang pokok lebih dimaknai sebagai barang yang dapat mencukupi makan satu hari, setelah itu tidak ada lagi (beras tok!). Barang pokok telah dianggap barang komoditi yang lebih mementingkan harganya dan bukan manfaatnya. Pemberian gizi terhadap bayi-bayi dibawah lima tahun sudah dianggap menyalahi aturan dan perlu segera dihapuskan, tak heran kalau banyak kasus busung lapar, polio, gizi buruk yang banyak dialami oleh kawasan yang dianggap subur oleh berbagai macam penganan pokok.

4) Keadaan ketika sejumlah keluarga menghendaki kedudukan yang lebih tinggi dari pada sang nepotismer sendiri, sehingga dianggap sebagai nepotisme ringan. Nepotismer menganggap kesalahan bukanlah dari dia yang masih berkeluarga namun kesalahan merupakan kedudukan ketika telah dipegang dan seketika itu pula banyak mengharapkan bukan saja dari keluarga sendiri namun dari keluarga jauh, bisa juga dari kawan sendiri, dan itu adalah nepotisme berat, berat karena kedudukannya banyak yang mengincar.

telinga demokrasi

Utk sekedar menjadi utopis agaknya lebih pantas diletakkan di pundak demokrasi. Sekalipun secara normatif tampil sebagai sistem ideal namun dlm aplikasinya sangatlah bertolak belakang dgn kenyataan. Merunut perjalanan setengah abad lebih Indonesia, demokrasi tetap menjadi pilihan terbaik meskipun secara prosedural tidak sejalan dgn demokrasi ala amerika, inggris & dunia barat lainnya dimana sumber demokrasi berada. Rakyat yg hidup di dunia demokrasi ibarat hidup dalam sekam, "hidup segan mati pun tak mau", bukannya apa2, demokrasi senyata2nya tak pernah memberikan pilihan hidup pasti kpd rakyat sbg konstituennya. Pilihan itu kadang bagai pilihan karet yg tak pernah berkesudahan, tarik ulur kepentingan menjadi menu wajib yg dinikmati setiap hari bagi wakil rakyat yg dipilih oleh rakyatnya. Preman, mafia, cukong, dan apa pun namanya itu tak pernah lepas dari tubuh demokrasi.

Hukum bisa dibeli & hukum bisa dirombak demi kepentingan sponsor, utk itu demokrasi memerlukan dana besar. Yg miskin akan tersingkir yg lemah akan diperah yg susah makin susah & yg sakit makin sakit. Jurang antara kaya & miskin ibarat bumi dgn langit, sangat dalam & sangat jauh jaraknya. Sedang yg kaya akan semakin kaya berharta & jabatan, walau pun ada yg masih peduli dgn yg miskin itu pun itu masih sedikit, tidak sebanding dgn ratusan juta rakyat miskin di bawahnya. Hingar bingar pesta pora demokrasi lima tahun sekali yg diharapkan dpt merubah perkehidupan rakyat miskin, nyatanya tak pernah terealisasi dgn baik. Selalu saja, jargon2 yg mengatasnamakan rakyat hanya canda tawa dibibir saja, orasi2 politik yg memihak rakyat hanya timbul kala pemilu di gelar, setelah itu sunyi senyap tak bersuara.


Namun, dari semua itu, ketika seruan sebagian kalangan yg menawarkan solusi konkrit guna mengganti rusak & buruknya tatanan demokrasi ternyata hanya dianggap pengganggu & penghancur sistem demokrasi itu sendiri. Islam sbg tawaran normatif dianggap hanya cukup sbg seruan moral saja, yg sebaiknya diletakkan sbg 'penyeru' bukan sebagai 'pengatur'. Hingga akhirnya Islam mandul tak memiliki kekuatan real dlm mengganti demokrasi yg tengah rusak sekarat. Muara dari ke-tuli-an demokrasi ini, hanya membuat Indonesia semakin terpuruk & hanya menjadi bangsa pembebek yg tdk memiliki kekuatan tawar menawar yg kuat thdp bangsa imperialis semacam Amerika Cs. Ekonomi yg semakin dirampok habis oleh pejabatnya, kekayaan alam yg semakin terkuras diangkut ke luar negeri, budaya pergaulan yg semakin rusak, politik yg carut marut seperti tak berkesudahan.


Karena demokrasi telah kehilangan akal sehatnya, demokrasi telah kehilangan gendang telinganya sehingga tdk pernah mendengar apa pun di kanan kirinya. Mereka menganggap aktivis Islam tak pernah belajar sejarah! Justru mereka (aktivis demokrasi) yg tak pernah belajar sejarah dulu, kini & prospek yg akan datang. Mereka menganggap Islam tak memiliki konsep pemerintahan, justru demokrasilah yg tak pernah memiliki konsep dlm mengatur pemerintahan, konsep itu dibuat setelah pemerintah terbentuk &setelah itu tak pernah dijalankan oleh pengkonsepnya sendiri. Sudah berapa banyak kajian2 demokrasi yg mempelajari konsep NEGARA KESEJAHTERAAN nyatanya tak pernah indah dimata, hanya indah di atas kertas2 yg dikumpulkan dlm buku2 bertumpuk. Karena memang, demokrasi adalah sistem utopis yg dikaji oleh manusia2 tak memiliki telinga dikepalanya!!

seperti di atas pisau

2.233,067 Meter

Jembatan yang terbuat dari besi itu tampak tua dimakan usia. Sedang, orang-orang yang berjalan di atasnya lebih dulu mangkat dari peraduan meninggalkan dunia. Ya, sudah setengah abad jembatan yang catnya kubas itu menemani warga sekitar. Sore itu, aku pulang laksana burung mudik berburu rezeki menyusuri trotoar yang di hotmix apik. Para pedandan ala harajuku itu hilir mudik baru pulang dari pekerjaannya sebagai sales promotion girl di sebuah perusahaan swasta telepon seluler.


Kaki-kakinya yang centil kadang bagai balerina menghindari tanah becek akibat rembesan air si tukang mekanik bengkel plus cuci motor yang rumahnya sudah aut-autan. Dibalik itu, berdiri kokoh bank berdinding putih mulus yang di depannya terpampang pilar-pilar menjulang seperti bangunan Coloseum-nya Romawi dulu tempat para Gladiator beradu nyawa.


Seorang tukang parkir tengah sibuk mendahulukan mobil yang hendak keluar dari pelataran gedung megah. Kulitnya gelap seperti terpanggang oleh sengatan mentari. Di tengah kejadian itu semua, kakiku terhenti menyaksikan arak-arakan mobil pick up, dibelakangnya berjejalan orang-orang yang memakai kupiah putih dan hitam. Sedang di atasnya berkibar bendera hijau bertuliskan arab innalillahi wa innailaihi roji'un… ya, sore itu malaikat izrail turun menjemput ruh seorang manusia. Tapi, tunggu! Sepertinya aku kenal yang duduk dibelakang itu… itu kan Wisnu? Ya benar itu Wisnu, tetangga dua buah rumah dari rumahku…


Berarti yang meninggal itu? Aku berusaha merogoh saku celana untuk mengeluarkan handphone yang keliman kainnya mulai mbrojol tidak karuan, sejurus keypad itu mulai kumain-mainkan dengan lincah mencari nomor Wisnu yang berderet di dalam phonebook, lalu type message dan mengetik…


"Nu, naik pick up mau kemana..?"


Aku tak berharap dia membalasnya (jika berita duka itu datang dari salah satu keluarganya, kalaupun di balas maka syukur Alhamdulillah berarti bukan salah satu keluarganya yang meninggal --aku juga tak berharap kedua hal itu), dan pesan pun aku kirim. Belum lama raga ini melayang melengang meninggalkan gedung bank yang menjadi pencakar langit itu, saku celana ini bergetar menggelitik selangkanganku. Ya, and send message, aku membuka ingin mengetahui dari mana sms itu berasal, seperti yang aku harap, Wisnu membalas sms-ku…


"Abah meninggal, udah lunas!!"


Ya Allah, Paman Sobri..? Innalillahi wa innailaihi roji'un, seraya hatiku berdoa, "Ya Allah mudahkanlah urusannya di alam kubur, lapangkanlah jalannya menuju jalan-Mu, ringankahlah hizabnya, Amien…" Sore itu kacamata kuda seakan tumbuh dari kedua telingaku menutupi sebelah kanan dan kiri dan membuat pandanganku tidak dapat lagi menoleh ke kanan dan ke kiri. Mata hati ini seperti berbisik mengatakan bahwa ini lebih baik jika seandainya kamu mengetahui. Ya Allah, bagaimana ini? Memang benar hamba seorang yang fakir, maka tunjukilah jalan-Mu yang lurus.


Di dalam perjalanan pulang, sinar matahari tampak terbelah oleh tiang listrik yang tingginya 8 meter menimbulkan bias sinar merah horizontal yang langsung dihantarkan oleh debu-debu yang dikibas lalu lalang mobil dan kendaraan.


524,7 Meter


Siang hari ini membuat tenggorokanku kering kerontang. Sinarnya hampir membuat ubun-ubunku seperti di tusuk jarum. Jam menunjukkan pukul 1 siang, mataku nanar mencari taksi untuk bergegas menuju kampus.


"Taksi..!!!"


Mobil L300 itu berhenti tepat di depanku. Di dalamnya penuh sesak oleh penumpang dengan tampang kusut masai. Wajar, karena L300 keluaran tahun 1985 memang berbahan bakar solar, maka jangan heran baunya menyebar semerbak yang jika orang tidak tahan dengan aroma yang bercampur mesin itu maka isi perut bisa keluar dibuatnya.


3.266,57 Meter


Benda besi yang aku tunggangi ini pun berhenti di pertigaan jalan.


"Coy, naik colt lagi?"


"Biasa, cari suasana baru coy!"


"Suasana baru, apa mata baru?"


"Mata? Matahari kale.."


"Bukan matahari lagi, tapi matakaki!"


"Hah, matakaki? Whats the meaning?"


"The meaning is cendol..! hahaha…"


Tano memang suka ngebanyol, dia memang anak yang periang di satu angkatanku. Orangnya gaul dan tidak pernah mengeluh jika itu berhubungan dengan urusan duit, walau aku tahu dia memang hidup di bawah rata-rata.


"Coy, Abahnya Wisnu kemarin meninggal udah denger gak?"


"Wisnu..? anak bapak Sobri itu?"


"Yap! sekomplek denganku."


"Innalillahi wa innailaihi roji'un.."


0.000,45 Meter


Nisan kayu meranti bertuliskan Sobri Bin Amin masih segar dikelopak mata. Umurnya baru 2 hari. Tanahnya masih gambur tak lupa bunga sedap malam dan melati serta campuran bunga-bunga yang aku tidak tahu namanya itu masih berhamburan di sana sini. Menimbulkan aroma khas makam bercampur dengan tanah di kuahi oleh percikan air segar.


Tanaman kamboja seperti sengaja di tancapkan tepat di atas gundukan tanah ahli kubur itu. Sedang suara gagak sayup-sayup terdengar lirih bersahut-sahutan dari kejauhan. Ah! Mitos!! Pikirku. Mengapa orang-orang begitu percaya jika gagak hinggap di suatu dahan di atas rumah maka sang penghuni rumah bakal sakaratul maut dalam waktu dekat. Mitos!! Aku tak percaya yang demikian itu. Sungguh terlalu! Tega nian yang membuatnya. Pikirku.


Selang beberapa saat dari balik gerbang makam ini tampak pelayat memanggul keranda jenazah di atasnya. Ah, ada yang meninggal lagi rupanya… mbah Sodron penggali kubur yang rambut hampir memutih itu mendekatiku.


"Siapa mbah?" tanyaku


"Korban kecelakaan…"


"Ooo…"


Herannya, mengapa pelayat yang datang hanya beberapa orang, itu pun petugas dinas rumah sakit juga petugas pembawa mobil jenazah. Jumlahnya pun hanya 3 orang di tambah 4 orang petugas pemanggul keranda.


"Mana keluarganya?" tanyaku lagi dengan mbah Sodron.


"Katanya korban tabrak lari…" mbah Sodron menjelaskan.


"Wah, dapet orderan neh…" candaku dengan beliau.


"Hehe.. itulah jeleknya penggali kubur, doa mengharap kematian!"


"Huehehe…, wah berarti mbah temennya izroil neh.." sambungku lagi


"Hmm.. izroil? Siapa ya, mbah gak kenal…" selidik mbah sodron kemudian.


"Malaikat pencabut nyawa!"


"Ooallah!… hahaha…"


Tawanya beliau seperti drakula! Giginya tinggal dua.


2, 700 Meter


Mataku tampak berkunang-kunang, tidak seperti biasanya. Setiap senja, selalu saja mata ini tampak berbayang-bayang bila melihat ke depan. Semakin mataku ku usap, semakin itu pula baying-bayang yang entah darimana datangnya selalu saja menutupi kelopak mata.


…………….. ………………… ………………… 0,000 Meter


Di bawah timbunan dan dinginnya tanah hitam…



***

Senin, 28 Desember 2009

buah hati


ketika datang lelah, anak manusia inilah pengobat kelelahanku. ketika ujian datang, anak manusia inilah yg menjadi jawabanku. ketika kebahagiaan itu datang, anak manusia inilah yg membuat aku bahagia, hidup dlm kesyukuran karena datang anugerah yg tak ternilai harganya.
terima kasih ya Allah atas karunia-MU...

tafakkur


Mengapa diriku terlarut dlm dosa
Sedangkan waktu terus berjalan tanpa noda
Jejak langkah ini sangat pilu ketika berjalan di jalanan kota
Menanti fajar naik ke awan mega
Diri ini sangat hina
Tampil congkak berdiri di kaki tanpa membaca do'a

(dlm cobaan yg pantas aku terima..)

pantaskah??


Bukan, bukan karena Allah yg merasa menghina dinakan manusia. Justru manusialah yg membuat hina dina dirinya di hadapan Allah yg Maha Tunggal. Kalau pun manusia memiliki tongkat keyakinan yg mumpuni, maka wajar bila Nabi Muhammad sangat tak pantas tinggal di syurga --walaupun sdh dijamin Allah---, mengapa? Ketika keyakinan seseorang sampai pada derajat ketinggian --layaknya seorang Nabi & Rasul--- semakin tak pantaslah dirinya di 'lempar' ke syurganya Allah yg Maha Tunggal!
Justru yg mengherankan adalah, seseorang yg belum tentu maksum (terhindar dari dosa) merasa dirinya pantas memasuki syurganya Allah yg Maha Tunggal tersebut. Sangat tak layak bahkan menodai kesucian dirinya sendiri dihadapan Allah yg Maha TUnggal.

Rabu, 02 Desember 2009

penyesalan itu pasti ada!


Apa yg salah di dunia ini? tidak ada yg salah, justru dunia tdk pernah mempermasalahkan apa pun di dunia ini, yg menjadi masalahnya adalah manusianya (person), yak... manusia lah yg membuat masalah di dunia (bumi & semesta alam). Mereka dng tangan bisa menghancurkan gunung, membunuh sesamanya (tanpa haq), berbuat keonaran ditengah ketenangan & keramaian, berburu kesenangan sesaat yg belum tentu selamanya dia rasakan, seandainya bumi bisa berbicara mungkin saja dia akan mencaci maki manusia yg udah bikin kerusakan di wajahnya, membuat angkara murka dgn segala kepongahan yg penuh dgn kesombongan manusia. Seandainya langit memiliki mulut utk berbicara, mungkin saja langit akan mengeluarkan air liur menggenangi mulut2 manusia yg penuh dgn angkuh dlm berbicara, sombong ketika menerima kebenaran. Lantas bagaimana sebenarnya kebenaran itu? apakah bumi & langit memiliki kebenaran sesungguhnya. Lalu, apa sebenarnya keinginan manusia yg paling hakiki? hidup aman sentausa dgn kehidupan ini saja? ataukah menyesal telah diciptakan di dunia?
Ah, terkutuk benar manusia, sudah diberikan akal, jasad, kehidupan dunia, namun tetap saja tdk pernah berfikir buat apa dia diciptakan di dunia, buat apa dia dihadirkan di dunia... tapi sejahat2nya manusia, tetap saja dia adalah seorang abid (hamba) yg memiliki kelemahan, yg memiliki kekeliruan, seorang presiden belum tentu selalu benar dlm menjalankan kebijakannya, seorang khalifah (khilafah) pun tentu memiliki peluang utk berbuat salah. Setiap perbuatan tentu mengandung resiko, seorang pembunuh pasti yakin dia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya (entah sekarang atau kapan pun), seorang pengambil kebijakan tentu telah menelaah bagaimana prospek kebijakan yg diambil ke depannya.
Hmmm... benarlah, setiap perbuatan pula manusia pasti melaluinya dgn keyakinan (bahwa perbuatannya adalah konsekuensi dia berada di dunia), berani berbuat pasti berani bertanggung jawab (kini atau kelak) dan penyesalan itu pasti ada!

Senin, 30 November 2009

forum di www.politikana.com (2)

Orang yang seagama dengan bush, banyak yang mencemooh bush, dan berani mengatakan bahwa bush tidak melaksanakan apa yang diinginkan Tuhannya bush, sebagaimana tertulis dalam kitabnya bush. Bush tidak melaksanakan tugas religiusnya di dunia sebagaimana manusia seagamanya memahami apa tugas religius itu.

Apakah Anda berani dan mau menyatakan bahwa Imam Samudera tidak berjalan di jalan Allah SWT ?

itu saja, tidak perlu rumit2.

Pedy Selasa, 19 Mei 2009 10:25

komentar diatas untuk saudara junaid

ichanx 23 jam yang lalu

duh... junaid bikin blunder pernyataan nih... =))

Pedy 23 jam yang lalu

junaid; 'standar'nya menafikkan realitas? orang yang melakukan peledakan atas siapapun dan atas nama apapun, baik atas orang beragama dan orang tidak beragama standarnya apa? standar apa yang dipakai orang-orang itu? ilmiah seperti kata anda tadi? atau?

Duh, ternyata yg menjadi kerisauan saya selama ini benar, komentar saya sedari awal memang multi tafsir bagi yg baca (korban sementara buat ndaru & pedy)… untuk itu mari kita putar sejenak roda waktu utk memahami apa yg ingin saya sampaikan(mudahan berkenan mengikuti, hehehe…)

Kondisi pertama:

Seperti yg sudah-sudah, setiap 2 hari sekali saya selalu ke warnet utk mengecek e-mail (kalau2 ada email penting disana) juga berselancar di dunia maya (internet), saya menemukan portal politikana asuhan Goenawan Mohamad ini, saya tertarik lantas ikut nimbrung di dalamnya, pun seperti yg sudah-sudah disitu saya melihat sebuah judul yg cukup menarik dua bola mata saya (Seperti Apakah Negara Syariah?), setelah saya buka ternyata penulis mempertanyakan spt apa sebenarnya konsepsi negara syariah sebenarnya. Pun juga seperti yg sudah-sudah kali ini tulisan saudara ichanx sepertinya meragukan negara syariah, bahkan membanding-bandingkan negara syariah seperti negara muslim yg telah ada (Apakah Iran? Ah.... musuhnya terlalu banyak (meskipun saya pengagum sosok Ahmadinejad). Negara ini butuh teman yang banyak, bukan musuh. Lagipula, Iran bermahzab Syiah yang jelas-jelas berbeda mahzab dengan Islam mainstream di Indonesia. Apakah Pakistan? Ah.... Rusuh melulu.... Apakah Turki Ottoman? Sama aja, akhirnya hancur...., maaf tulisan anda saya kutip).

Kondisi kedua:

Seperti biasa, wacana seperti apa negara syariah memang selalu menuai kontroversi, di sudut-sudut perbincangan dimana saja bila ada pihak2 yg mempertanyakan negara syariah seperti apa, maka beragam komentar pun turut mewarnai sidang perbincangan disana. Pun demikian seperti yg kita saksikan setelah beberapa hari ini di portal poiitikana (sejak tulisan saudara ichanx mengenai ‘Seperti Apakah Negara Syariah?’ di posting terhitung mulai tanggal 30 april 2009 sampai sekarang, udah lebih dua ratusan komentar), apakah ini wajar? Ya, memang wajar… seperti halnya demokrasi, demokrasi pun demikian (menuai kontroversi), maka tak jarang jika yg di wacanakan syariah (khilafah) seperti apa, maka jangan harap di sana akan sepi oleh pengunjung (paling tidak spt model tulisan saudara ichanx ini).

Kondisi ketiga:

Lalu apa yg salah? Saya tidak berani menyalahkan apa & siapa pun, wacana negara syariah (khilafah) memang masih menjadi wacana, tetapi selayaknya kita jangan lupa (bagi yg muslim & masih berkalimat syahadah), negara syariah pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad, selama kurun waktu itu negara syariah pernah berdiri dan mengayomi rakyatnya & setelah Nabi wafat pun masih diteruskan oleh sahabat2nya (saya tidak perlu merunut sejarah panjangnya ya.. takut kebosenan) hingga runtuh tahun 1924 yaitu khilafah terakhir Utsmaniyyah (seperti pernyataan saudara ichanx yg saya kutip dari tulisannya “Apakah Turki Ottoman? Sama aja, akhirnya hancur...”). dan sepertinya saya berkewajiban membeberkan para khalifah yg telah/pernah memimpin khilafah (negara syariah) lebih 13 abad (bagi yg belum mengetahuinya silakan baca & bagi yg bosan/udah pernah mbaca (muak) silakan melewati atau tutup mata saja!).

para khalifah pada masa khulafaur Rasyidin sebagai berikut:

1.Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
2.'Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
3.'Utsman bin 'Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
4.Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)
5.Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H/661 M)

Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:

1.Mu'awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
2.Yazid bin Mu'awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
3.Mu'awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)
4.Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
5.'Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)
6.Walid bin 'Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
7.Sulaiman bin 'Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
8.'Umar bin 'Abdul 'Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
9.Yazid bin 'Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
11.Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
12.Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
13.Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
14.Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)

Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:

I. Dari Bani 'Abbas 1.Abul 'Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
2.Abu Ja'far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)
3.Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
4.Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
5.Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
6.Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
7.Al-Ma'mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
8.Al-Mu'tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)
9.Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
10.Al-Mutawakil 'Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
11.Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12.Al-Musta'in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
13.Al-Mu'taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14.Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
15.Al-Mu'tamad 'Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
16.Al-Mu'tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17.Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18.Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)
19.Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)


II. Dari Bani Buwaih


20.Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
21.Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
22.Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
23.Al-Muthi' Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
24.Al-Thai'i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
25.Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
26.Al-Qa'im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)

III. dari Bani Saljuk

27. Al Mu'tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
28. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
29. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
30. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
31. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)
32. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
33. Al Mustadhi'u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
34. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
35. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
36. al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
37. Al Mu'tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)

Setelah itu kaum muslimin hidup selama 3,5 tahun tanpa seorang khalifah pun. Ini terjadi karena serangan orang-orang Tartar ke negeri-negeri Islam dan pusat kekhalifahan di Baghdad. Namun demikian, kaum muslimin di Mesir, pada masa dinasti Mamaluk tidak tinggal diam, dan berusaha mengembalikan kembali kekhilafahan. kemudian mereka membai'at Al Muntashir dari Bani Abbas. Ia adalah putra Khalifah al-Abbas al-Dhahir Biamrillah dan saudara laki-laki khalifah Al Mustanshir Billah, paman dari khalifah Al Mu'tashim Billah. Pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Mesir. Khalifah yang diangkat dari mereka ada 18 orang yaitu :


1. Al Mustanshir billah II (taun 660-661 H/1261-1262 M)
2. Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H/1262-1302 M)
3. Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
4. Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1354 M)
5. Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
6. al Mu'tadlid Billah I (tahun 753-763 H/1354-1364 M)
7. Al Mutawakkil 'Alallah I (tahun 763-785 H/1363-1386 M)
8. Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
9. Al Mu'tashim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
10. Al Mutawakkil 'Alallah II (tahun 791-808 H/1392-14-9 M)
11. Al Musta'in Billah (tahun 808-815 H/ 1409-1426 M)
12. Al Mu'tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416-1446 M)
13. Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
14. Al Qa'im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
15. Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
16. Al Mutawakkil 'Alallah (tahun 884-893 H/1485-1494 M)
17. al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
18. Al Mutawakkil 'Alallah OV (tahun 914-918 H/1515-1517 M)

Ketika daulah Islamiyah Bani Saljuk berakhir di anatolia, Kemudian muncul kekuasaan yang berasal dari Bani Utsman dengan pemimpinnya "Utsman bin Arthagherl sebagai khalifah pertama Bani Utsman, dan berakhir pada masa khalifah Bayazid II (918 H/1500 M) yang diganti oleh putranya Sultan Salim I. Kemuadian khalifah dinasti Abbasiyyah, yakni Al Mutawakkil "alallah diganti oleh Sultan Salim. Ia berhasil menyelamatkan kunci-kunci al-Haramain al-Syarifah. Dari dinasti Utsmaniyah ini telah berkuasa sebanyah 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad keenam belas Masehi. nama-nama mereka adalah sebagai berikut:

1. Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
2. Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H/1520-1566 M)
3. salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
4. Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
5. Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
6. Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
7. Musthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
8. 'Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
9. Musthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
10. Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
11. Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
12. Mohammad IV (1058-1099 H/1648-1687 M)
13. Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691M)
14. Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
15. Musthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
16. Ahmad II (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
17. Mahmud I (tahun 1143-1168/1730-1754 M)
18. "Utsman IlI (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
19. Musthafa II (tahun 1171-1187H/1757-1774 M)
20. 'Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
21. Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
22. Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
23. Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
24. 'Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H/1839-1861 M)
25. "Abdul 'Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
26. Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
27. 'Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
28. Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H/1909-1918 M)
29. Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H/1918-1922 M)
30. 'Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M)

(sumber: berbagai literatur).

Dari uraian di atas (yg cukup panjang), setidaknya telah dipaparkan kalo negara syariah telah/pernah berdiri dan telah/pernah mengarungi berbagai zaman (ratusan bahkan ribuan tahun). Mana mungkin sebuah negara syariah yg terus berdiri (walau pun mengalami jatuh bangun) tanpa sebuah institusi? (halo saudara ichanx…? J)

Kondisi keempat:

Lantas dari ketiga kondisi di atas, saya jadi bertanya-tanya, mengapa syariah yg notabene-nya adalah representasi dari hakikat seorang hamba utk beribadah kepada Allah selalu dipertanyakan? Apakah syariah memang gak bener (gak konek dgn kehidupan) atau belum bener? (halo saudari ndaru…? J).

Bandingkan dgn demokrasi yg merupakan representasi kehendak orang banyak (perwakilan/parlementer) sebuah proses prosedural guna mengakomodir suara banyak utk membentuk sebuah negara (baik sosialisme (demokrasi kerakyatan) jg kapitalisme (demokrasi liberal)) tak jarang masih diterima akal bahkan tidak pernah dipertanyakan (kritisi habis-habisan)… (sungguh gak masuk akal!)

Mengapa kalian (ndaru & ichanx) begitu gigih mempertanyakan syariah (dlm bentuk negara khilafah) yg bersumber dari zat MAHA TAHU mana yg terbaik utk hambanya, dibanding dengan demokrasi yg sudah 100 % tercemar oleh berbagai kepentingan-kepentingan manusia (ini dituangkan menjadi regulasi UU beserta peraturan mengikat lainnya). Maka jangan heran jika kita menyaksikan tayangan di televisi akan terlihat begitu banyak terjadi penggusuran pedagang kaki lima oleh satpol PP (saya yakin, petugas Satpol PP sangat serba salah melakukannya, juga pedagangnya sangat kecewa --kalo bisa dikatakan marah-- dgn keputusan penggusuran itu), juga tayangan vulgar (pornografi/pornoaksi) yg membuat pemerkosaan & pelecehan seksual ‘ramai’ dimana-mana (bagaimana ingin menjaga akhlak jika tayangan spt ini terus mewarnai kotak televisi kita?), mereka berbicara HAM, sedang HAT (Hak Asasi Tuhan) tidak pernah mereka tunaikan, mereka berbicara emansipasi wanita, emansipasi spt apa? (Wanita menggantikan pria bekerja & pria menggantikan wanita hamil?), mereka berbicara “kita harus menegakkan keadilan dan kedamaian”, sedang keadilan & kedamaian thdp pemeluk agama lain di abaikan (kasus ahmadiyah).

“‘standar'nya menafikkan realitas?”

Aha, ini dia orang pragmatis! Jgn terlalu mengikuti keadaan mba, menangkap sesuatu hanya di depan mata saja. Problemnya adalah adanya perbedaan antara realitas (das sein) dan yg seharusnya (das sollen).

Kondisi kelima:

Apakah Anda berani dan mau menyatakan bahwa Imam Samudera tidak berjalan di jalan Allah SWT ?”

Satu hal yg membuat saya miris adalah ketika di sodorkan pertanyaan “jihad dengan cara bom bunuh diri, itu sama saja mati konyol.”, maka saya akan menjawab, “mengapa mati konyol, sepertinya anda baru dari kampung akhirat, jgn memvonis jihad dgn cara bom bunuh diri itu mati konyol, tergantung niatnya mas… jangan jadi Tuhan deh.”

Dan ternyata niat Imam Samudera memang jihad, ini dibuktikan dari setelah eksekusi kematiannya (jasad yg tersenyum & wangi yg menyebar jg berasal dr jasadnya). Setidaknya ini membuktikan jika niat mereka memang murni jihad (ditandai oleh gejala-gejala layaknya seseorang mati syahid di medan perang).

Maka saya bersaksi, mereka benar-benar berjalan di jalan Allah SWT.

Pernyataan di atas sekaligus mengklarifikasi komentar saya yg menimbulkan multi tafsir, mungkin ini tulisannya saya itu ya… (mungkin);

“stigma seperti apa coba, kalo yg ngomong "ngebom" itu Imam Samudera? bandingin yg ngomong presiden negara adidaya Amerika Serikat? Toh sama-sama ngomong "ngebom" toh?
maka dari itu saya ngomong, yg proporsional aja dulu (gak usah nyalahin agama), jgn langsung vonis agama gitu loch...”

Terkadang propaganda bahasa menjauhkan manusia dari kebenaran, dan saya akui memang tulisan saya di atas belum selesai alias gak lengkap.

gak usah jauh-jauh, ambil contoh kasus FPI yg menyerang AKKBB beberapa tahun lalu, mereka dituduh subversif (pemecah belah) karena melakukan kekerasan di muka umum bahkan dituduh teroris (preman berjubah --label yg diberikan oleh islam liberal), namun apa jadinya jika itu terjadi ketika para suporter sepakbola saling tawuran di jalan? Toh sama-sama menggunakan kekerasan toh…? Apakah itu berlaku juga bagi suporter bola? Saya hanya bisa terheran-heran menyaksikan stigma itu terjadi.

Ketidak adilan inilah yg saya rasakan, andaikan Bush dituduh teroris pun saya dukung, justru itu tidak terjadi, dunia nampaknya diam atas kekejamannya membantai 1 juta warga Irak! Ketika Imam Samudera hanya tinggal diam menunggu waktu hukuman eksekusi tiba, justru Bush di sambut dgn mulia oleh SBY walaupun harus menelan dana milyaran rupiah. Dimana letak keadilan?

Jika keadilan ada di demokrasi, mengapa rakyat miskin tidak pernah merasakan pendidikan tinggi?

Jika keadilan ada di demokrasi, mengapa Freeport seolah dibiarkan merampok berton-ton emas di papua?

Jika keadilan ada di demokrasi, mengapa wacana syariah selalu menjadi sasaran ‘empuk’ yg sudah out of date bahkan tak layak lagi mengelola negara?

Jika saudara ndaru konsisten dgn sikap pragmatisnya (realitas), saran saya adalah, jgn ragu untuk mengatakan juga bahwa demokrasi out of date, demokrasi juga gagal dlm usahanya mensejahterakan rakyat diseluruh dunia… demokrasi gagal memberikan keadilan dan kedamaian kepada semua pemeluk agama.

Itu menurut saya lebih bijak daripada harus terus membelalakan mata thdp syariah sedang ketika demokrasi nyata di depan mata sudah semakin rusak anda menutup mata…

Kondisi keenam:

Jika ramalan Nabi tentang akan berdirinya khilafah itu sudah semakin dekat, maka saya akan mempersiapkan diri utk menjadi bagian dari tentaranya, menjadi bagian dari martirnya… insya Allah!

BIAS TERORISME

Setelah diguncang 2003 lalu, kini Hotel JW Marriot kembali diguncang oleh bom. Bukan hanya JW Marriot, tapi Hotel Ritz Carlton juga ikut menjadi sasarannya. Tak lama berselang peristiwa tersebut, SBY buru-buru mengadakan jumpa pers sembari mengutuk perbuatan tersebut dengan mengeluarkan informasi baru yang di dapat BIN dimana gambar SBY dijadikan sasaran tembak oleh mereka yang dinamakan dengan teroris sembari bersumpah "Saya bersumpah, demi rakyat indonesia, negara dan pemerintah akan melakukan tindakan yang tegas, tepat dan benar terhadap pelaku pemboman ini, dan otak pelaku pemboman," tegasnya. Lagi-lagi teroris sebagai biang kerok, apakah ini wajar? Ini memang wajar bagi “mereka” yang mendefinisikan makna teroris berhenti hanya sebagai aksi pencapaian tujuan dengan kekerasan saja.
Menurut Black’s Law Dictionary Amerika, terorisme adalah kegiatan yang melibatkan unsur kekerasan atau yang menimbulkan efek bahaya bagi kehidupan manusia yang melanggar hukum pidana (Amerika atau Negara bagian Amerika), yang jelas dimaksudkan untuk: (a) mengintimidasi penduduk sipil, (b) mempengaruhi kebijakan pemerintah, (c) mempengaruhi penyelenggaraan negara dengan cara penculikan atau pembunuhan.
Webster’s New World College Dictionary (1996), mendefinisikan Terorisme “the use of force or threats to demoralize, intimidate, and subjugate.” Disepakati oleh kebanyakan ahli bahwa tindakan yang tergolong kedalam tindakan Terorisme adalah tindakan-tindakan yang memiliki elemen: (1) kekerasan, (2) tujuan politik, (3) teror/intended audience.
Hukum positif Indonesia, UU No. 15 (2003) Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Bab I Ketentuan Umum, (1) Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal… (Pasal 6). (2) Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan suasana terror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal… (Pasal 7).
Sekilas memang, makna terorisme mengacu pada tindak kekerasan semata terhadap orang lain hingga menimbulkan rasa takut secara meluas (massal). Seperti yang terjadi di Hotel JW Marriot & Hotel Ritz Carlton serta berbagai aksi-aksi sporadik lainnya bisa di kategorikan terorisme. Lantas, apakah makna tersebut mutlak memberikan definisi final terhadap terorisme yang terjadi di tengah masyarakat? Atau, apakah masih ada cakupan yang mengkaji secara komprehensif arti terorisme sesungguhnya? Hingga saat ini masih simpang siur keberadaannya.
Pembahasan pun terus bergulir, terorisme mengalami bias setelah para ahli menengarai bahwa terorisme lekat kaitannya dengan benturan fundamental, menurut Laqueur (1999), setelah mengkaji lebih dari seratus definisi Terorisme, menyimpulkan adanya unsur yang paling menonjol dari definisi-definisi tersebut yaitu bahwa ciri utama dari Terorisme adalah dipergunakannya kekerasan atau ancaman kekerasan, sementara motivasi politis dalam terorisme sangat bervariasi, karena selain bermotif politis, terorisme seringkali dilakukan karena adanya dorongan fanatisme agama. Menurut A.C Manullang (pengamat intelijen) Terorisme adalah suatu cara untuk merebut kekuasaan dari kelompok lain, dipicu antara lain karena adanya pertentangan agama, ideologi dan etnis serta kesenjangan ekonomi, serta tersumbatnya komunikasi rakyat dengan pemerintah, atau karena adanya paham separatisme dan ideologi fanatisme. Menurut US Department of Defense tahun 1990, Terorisme adalah perbuatan melawan hukum atau tindakan yang mengandung ancaman dengan kekerasan atau paksaan terhadap individu atau hak milik untuk memaksa atau mengintimidasi pemerintah atau masyarakat dengan tujuan politik, agama atau ideologi tertentu.
Lantas, definisi terorisme mulai mengalami reduksi makna, dari kekerasan (fisik & mental) mengarah kepada adanya pengaruh ideologi Negara, potensi geografis suatu negara, kepentingan-kepentingan politik berbagai pihak terhadap Negara, dan lain sebagainya. Berbagai konvensi-konvensi di berbagai Negara telah berusaha mendefinisikan terorisme menurut negaranya masing-masing, seperti; States of the South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) Regional Convention on Suppression of Terrorism, 1970, 1973; Convention of the Organisation of the Islamic Conference on Combating International Terrorism, 1999; Treaty on Cooperation among the States Members of the Commonwealth of Independent States in Combating Terrorism, 1999; Organisation of African Unity (OAU), 1999; The Arab Convention on the Suppression of Terrorism 1998; European Convention on the Suppression of Terrorism, 1977.
Alhasil, tidak ada yang dapat memberikan batasan yang jelas bagaimana sebenarnya bentuk terorisme tersebut. Semua tampak dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan tertentu agar terkesan terorisme legal bagi “mereka” yang termotivasi oleh kepentingan fundamental yang dimilikinya masing-masing. Kepentingan-kepentingan yang terjadi tersebut tidak lantas memberikan gambaran penuh profil suatu masyarakat & Negara terhadap kepentingannya, namun dapat menjadikan --kosakata-- terorisme berubah penggunaannya sebagai “alat” dan “cara” guna menjalankan kepentingan-kepentingan di luar aksi terorisme itu sendiri, baik kelompok yang disebut teroris juga negara. Apakah ini realitas dari terorisme? Tampaknya kita harus terus membaca para pengambil kebijakan (pemerintah) dan pelaku terorisme itu sendiri.
Terorisme dalam perspektif lain
Menurut saya terorisme sebuah aksi “simbolik”, terorisme adalah sebuah --respon-- dari sebuah komunitas masyarakat yang tidak puas oleh kinerja pemerintah, maka, masyarakat akan mengambil sebuah tindakan yang menurut Negara menyimpang (ekstrim) dari konstitusi, maka itulah terorisme. Terorisme dulu, kini dan yang akan datang tidak akan hilang manakala sebuah Negara dijalankan berseberangan dengan kehendak rakyatnya (kontra demokrasi?). Rakyat akan memberikan penghargaan dan kecintaan ketika sebuah Negara menjalankan fungsi & peran sebagaimana mestinya.
Terorisme tidak tercipta dengan sendiri seperti jatuh dari langit. Selama keadilan, kesejahteraan, ketentraman dan keamanan yang di idam-idamkan tidak pernah hadir di tengah masyarakat, begitu pula pemerintah yang abai serta masa bodoh dengan kondisi masyarakat selama itu pula terorisme akan hadir mewarnai perjalanan sebuah Negara.