saya hanyalah manusia biasa, yg banyak dipenuhi oleh salah dan khilaf, oleh karena itu jikalau ada postingan saya yg kurang berkenan di hati saudara pembaca sekalian, mohon dimaafkan lahir bathin, karena kebenaran hanya berasal dari Allah, dan kesalahana sepenuhnya ada diri saya...

Rabu, 30 Desember 2009

pemulung dunia



Siapa yang ingin menjadikan pemulung sebagai profesi? Anda? Sahabat anda? Istri anda? Ataukah anak anda? Yang pastinya menjadi pemulung sangatlah tidak mengenakkan. Disamping harus memunguti sampah-sampah manusia sekotaan, belum lagi wabah penyakit yang selalu menghantui kesehatan. Tapi seandainya ada tawaran yang menawarkan kepada anda untuk menjadikan pemulung sebagai profesi dengan gaji 10 juta/1000 kg sampah plastik perhari beserta tunjangan makan dan hari tua, apakah keinginan anda akan di kubur hidup-hidup ataukah akan anda hidupkan kembali untuk menerima tawaran tersebut, dengan konsekuensi kesehatan anda dibredel habis-habisan oleh penyakit yang ditimbulkan oleh sampah-sampah dan kotoran manusia tersebut dan saya kira impas antara pemasukan dan pengeluaran, pemasukan yang anda terima adalah 10 juta namun disisi lain anda harus mengeluarkan uang untuk membiayai rawat inap anda di rumah sakit yang dapat merogoh kantong kering anda, dan tentu saja anda pun harus terus mencari dan mencari terus sampah plastik yang diinginkan. Pernahkah anda berkhayal menjadi Sang Sidharta Gautama, dengan berbekal pisau keyakinannya rela meninggalkan kelezatan dunia hanya untuk menyusuri dan menelusuri dimana letak kebenaran hakiki sebagai alat untuk menjalani kehidupan di dunia hingga akhirnya mencapai nirwana pada ajalnya. Sederhana saja, ketika barang kesayangan anda hilang di dalam rumah, niat untuk mencari barang tersebut sudah pasti ada dan anda berupaya untuk itu. Seperti seekor lalat yang mengelilingi kepala dan mengeluarkan suara ngiuung… ngiuuung, anda merasakan kecemasan, penasaran sekaligus was-was yang berlebihan dan tidak mempercayai kenyataan yang anda hadapi pada diri anda sendiri bahwa barang kesayangan anda telah benar-benar hilang. Lalu kemana? Syak wasangka tersebut terlahir karena cemasnya hati anda dan penasarannya otak anda. Itu dalam pikiran anda selanjutnya.

Terlalu banyak orang-orang berduyun-duyun meneror penjual supermarket untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok yang diperlukan untuk sekedar disetor ke dalam lemari pendingin. Terlalu banyak orang-orang mengikuti sejumlah MLM yang menggiurkan jidat, dengan jaminan ini dan itu dan lain sebagainya. Begitupula banyak sekali anak-anak muda dan mudi mengeluarkan isi kantong untuk menghiasi tubuhnya dengan balutan tank top, celana cut bray, baju you can see, i can see you! Ketek you bau!! Model-model rambut yang tadinya hanya kuncung di depan sampai model rambut ala Agnes Monica atau VJ Daniel Dandy (nyegrak di atas kepala dan berponi kuda di depan), yuuck… keinginan tersebut tidak lebih hanyalah gundukkan-gundukkan sampah yang sia-sia. Lebih dari 3000 tahun yang lalu, ketika Oom Socrates, Apollo, Archimides hanya menggunakan sehelai kain untuk menutup auratnya, sejak saat itu pula manusia berupaya dengan segala cara untuk mencari perlindungan diri dari tusukan dinginnya angin malam dan panasnya mentari. kosakata ‘pemulung’ yang ingin saya utarakan bukanlah seperti pembahasan pengawal tadi, melainkan pemulung disini merupakan anak manusia yang selalu mencurahkan hatinya untuk menyelami kebenaran hakikat dunia dengan cara menjumput, memilih, memilah, mengobservasi, menganalisis, menerapkan dan sekaligus menjadikannya tuntunan dalam pencapaiannya ke akhirat kelak. Beragam variasi menu-menu ilmu pengetahuan dan sains di dunia hadir disetiap hamparan bumi yang dihuni manusia ini, dari yang eksak juga yang eksakta, dari yang berat sampai yang ringan. Biologi, fisika, kimia, oceanograpi, astronomi, matematika, parasitologi dan lain-lain. Begitupula ilmu pengetahuan penunjang kehidupan akhirat nantinya, Islam, Kristen, Budha, Hindu, Kong Hu Chu, Shinto, Zoroaster, Ahmadiyah dan lain-lain. Seorang keturunan Yahudi, Karl Marx adalah anak seorang pengacara yang memiliki ‘nafsu’ menaklukkan berjubel-jubel tumpukkan buku perpustakaan, namun bukan saja Marx yang memiliki ‘hasrat’ tersebut, sebut saja Ali Shari’ati, Murthada Muthahari martir Iran, Taqiyuddin an-Nabhani, Soekarno dan lain-lain, hal tersebut menggambarkan tentang bagaimana perjuangan seorang anak manusia mengumpulkan ilmu pengetahuan dan sains ke dalam kancahnya sebagai manusia hingga akhirnya menjadikan dirinya sebagai –manusia tercerahkan sekaligus manusia yang terhinakan–. Mereka telah menghabiskan sisa-sisa masa mudanya untuk bergelut dan mengais-ngais dunia ilmu pengetahuan dan sains. Dengan anugerah akal yang diberikan Tuhan, manusia dapat menggunakannya untuk membandingkan dan menganalisa tentang baik dan buruknya bagi kelangsungan hidup peradaban manusia, dengan berbagai cara pula manusia dapat memilih dan memilah selanjutnya mengadakan survey, jajak pendapat terhadap ilmu pengetahuan dan sains agar menerangi jalan pikiran manusia yang sebelumnya mengalami gelap gulita karena kebodohan.

Keparahan yang sering diterima oleh manusia adalah ketika ilmu pengetahuan dan sains tersebut dimanfaatkan guna kepentingan pribadi. Ambil saja Karl Marx, dengan Das Kapital-nya mampu menyihir seorang yang bernama Hitler untuk mengadakan ‘aplikatif rinci’ terhadap ajaran yang dibawakan Marx. Tak heran jikalau Ulil Abshar Abdalla motor Jaringan Islam Liberal dapat mengendalikan proses berpikir dan intelektualitas mahasiswa-mahasiswa di universitas-universitas dan para kiai-kiai ‘ngelantur’ dapat begitu mudah diubah dan disulap seperti zombie yang dicolok hidungnya dengan pisau ajaran yang me-’liberal’-kan segala hukum-hukum Tuhan. Al-quran di dekonstruksi, ummat Islam dijauhkan dengan ‘Islam’nya, ajaran Islam dikebiri seperti kambing congek, wanitanya dibebaskan dari belenggu rumah tangga untuk keluar rumah menanggalkan pakaian yang menutup aurat dan berlenggak lenggok seperti kucing ambeien. Hendaknya manusia menggunakan pisau berpikirnya untuk merenungi, meresapi, mempelajari tentang kejadian alam yang diciptakan Tuhan kepadanya dan bukan dengan sembarangan menafsirkan dan menerapkan semau ‘udel’nya sehingga hasil dari petualangannya dalam me’mulung’ ilmu pengetahuan dan sains tidak menimbulkan kejahatan sosial dan kemanusiaan. Jika tidak, akan banyak sekali orang-orang yang rela darahnya disedot Aedes Agypti dan Anopheles ditengah pekuburan hanya untuk bertemu sang arwah guna memberi wangsit togel dan letak harta qorun yang tertinggal. Agar jangan lagi engkong-engkong berambut seperti Paus Benediktus berjalan tertatih-tatih menuju lokalisasi, dan jangan ada lagi pejabat-pejabat yang beramai-ramai memindahkan meja beserta uang didalamnya untuk dibawa ke rumah. Pemulung tersebut haruslah benar-benar pemulung yang memiliki penyaring raksasa agar apapun yang masuk dan menyembur ke dalam saringan tadi akan segera diterima dengan akal jernih dan tidak menjadikannya sebagai penghancur moral dan norma-norma yang diturunkan Tuhan Semesta Alam serta kemudian diambil yang baik dan membuang yang buruk. Lalu apakah sekarang anda ingin menjadi pemulung yang memiliki jepitan dan tas gandol untuk menjumput sampah dunia? [pemulungsampahjalanan]

Catatan lainnya:

  1. Manusia memiliki akal sehat yang dapat digunakannya setiap saat, tentunya manusia tersebut harus memiliki rambu-rambu yang benar dalam menafsirkan setiap sesuatu yang dimasuk kedalam akal sehatnya. Jikalau akalnya sehat, maka apapun yang dihasilkan (out put) dari akal sehatnya haruslah tidak bertentangan dengan rambu-rambu yang benar tersebut begitu pula sebaliknya.
  2. Seorang pencuri, pembunuh dapat hilang dari dosanya jikalau dia mau dengan sungguh-sungguh bertobat dari perbuatannya dan menyerahkan segala urusannya kepada seseorang yang menjadikan bai’at terhadap dirinya dan terhadap perbuatannya,
  3. Hidayah datang dari Tuhan, itu mutlak. Lalu apakah manusia hanya tinggal diam menunggu hidayah datang ‘menjamah’ dirinya agar dapat bangkit dari keterpurukan? Tidak! Sekali lagi tidak! Manusia dibekali akal dan kesehatan, dengan kedua hal tersebut manusia seharusnya menjemput hidayah Tuhan yang terbentang di hamparan Bumi, bukannya menunggu dan menunggu terus di rumah. Seorang anak bertanya kepada bapaknya, “Bapak, kenapa Bapak tidak shalat?” sang Bapak pun menjawab “Buat apa shalat kalo hidayah belum datang, apalah artinya shalat jika hati kita tidak ikhlas karena shalat dan kalaupun dipaksakan, apakah hati kita tidak syirik karena dorongan makhluk Tuhan?” apakah benar yang dikatakan sang Bapak tadi? Ataukah salah dalam menafsirkan hidayah tadi?

kata kunci:

Takdir Tuhan adalah segala-galanya dalam hidup ini namun bukan takdir pula yang menentukan seseorang akan terjerembab dalam lumpur kehinaan, dia dapat keluar dari takdir tersebut dan mengadakan pencerahan pemikiran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar