saya hanyalah manusia biasa, yg banyak dipenuhi oleh salah dan khilaf, oleh karena itu jikalau ada postingan saya yg kurang berkenan di hati saudara pembaca sekalian, mohon dimaafkan lahir bathin, karena kebenaran hanya berasal dari Allah, dan kesalahana sepenuhnya ada diri saya...

Selasa, 26 Mei 2009

view of life


Islam telah menegaskan bahwa, setelah kehidupan di dunia yang fana ini akan ada kehidupan lain yang akan menanti dan jauh lebih kekal dan mengabadi, bahkan kehidupan yang sangat kekal dan abadi –baik di syurga, lebih-lebih di neraka adalah kehidupan final dan akhir dari segala kehidupan di dunia manapun di dunia ini. Islam telah menggariskan kehidupan seseorang dimulai dari buaian hingga liang lahat, bahwa segala tingkah lakunya telah tercatat dibuku suci—lauhul mahfudz—sebuah buku raksasa di atas arasy. Hal tersebut telah ditegaskan berulang-ulang kali oleh berbagai macam literatur-literatur suci yang sudah teruji secara fantastis dijamannya. Banyak ustadz-ustadz, ulama-ulama salaf sepakat bahwa setelah mati—dari kehidupan dunia—maka manusia akan merasakan yang namanya hidup lagi. Hidup, mati, hidup dan hidup lagi, begitu seterusnya sehingga manusia dapat merasakan pahit getirnya bagaimana berada di syurga begitu pula di neraka.

Setelah sang guru menjabarkan ilmu-ilmunya kepada para santri, ada seorang santri bertanya kepada gurunya.

"Wahai guru, bagaimanakah iblis dapat merasakan panasnya api neraka, sedangkan dia (iblis) adalah api itu sendiri?"

Sang guru dengan percaya dirinya dan tanpa rasa bersalahnya langsung menampar tepat diwajah si santri tadi.

Pletakk!!!

"Uh, kenapa guru menampar saya, apakah pertanyaan saya salah atau saya tidak boleh bertanya pada sesi ini?"

"Guru tidak marah, dan kau tidak bersalah, guru hanya mengilustrasikan bahwa dengan bertemunya tangan ini dengan kekuatan ke wajahmu saja sudah membuatmu sakit luar biasa, apalagi iblis yang terbuat dari api ketika dipanggang di atas api neraka, sudah pasti dia akan merasakan kepedihan yang luar biasa."

Benar, guru tadi telah menggambarkan bagaimana antara zat yang bersamaan—tanah dan tanah—dapat membuat si santri wajahnya memerah gelimpangan. Apalagi iblis yang notabenenya terbuat dari api, ketika dipanggang di atas api neraka pun si iblis dapat merasakan bagaimana 'nikmatnya' api neraka yang buas itu menyentuh tubuhnya. Kehidupan seringkali di ilustrasikan dengan adanya tanda-tanda kehidupan terhadap suatu benda—atau—ketika adanya perpindahan benda dari tempat satu ke tempat yang lain—secara harfiah bisa disimpulkan adanya 'pergerakan yang berarti'. Ketika Neil Amstrong menginjakkan kakinya ke bulan, dia mengatakan 'tidak ada kehidupan', yang ada hanya suasana gelap gulita dan nihil—tiada makhluk apapun—. Hal ini jelas, karena di bulan secara kasat mata, tidak ada yang mengilustrasikan gerakan atau adanya tanda-tanda kehidupan yang berarti, baik yang tertangkap oleh radar atau satelit, lebih-lebih oleh bola mata Neil Amstrong sendiri. Namun, ketika bertahun-tahun setelah Neil Amstrong meninggalkan jasad—ko'id—, di planet lain—Mars—oleh badan NASA Amerika Serikat, ditengarai adanya zat-zat oksigen (CO2) yang mengindikasikan bahwa disana—Mars—secara harfiah—walaupun belum yakin benar—ditengarai terdapat 'kehidupan yang berarti'. Lalu apakah hanya oksigen yang mengindikasikan makhluk dapat hidup di dunia ini, apakah hanya oksigen—CO2—merupakan zat vital makhluk hidup. Jauh sebelum Neil Amstrong dan Amerika Serikat mempublikasikan temuannya, Allah telah menerangkan di dalam kalamnya baik yang tersirat maupun yang tersurat, bahwa setiap bayi yang lahir—pasti—akan mendapatkan kehidupan dari kedua orang tuanya. Ketika sang jabang bayi tumbuh di dalam rahim ibunya, secara otomatis saluran pipa kehidupan diberikan kepada bayi, sekalipun sang bayi tidak meminta tentang hal ini. Saluran pipa itu adalah intisari makanan yang diasup oleh ibunya, dari mulut menuju ke ruang rahim ibu, dan tidak memerlukan oksigen dan tidak memerlukan ruang bebas seperti kamar kamu yang sumpek.

Hal ini menjadi sebuah gambaran, bahwa bagaimana Allah telah memberikan rezeki yang berlimpah kepada setiap makhluk-Nya. Sekali pun itu didalam perut manusia, ataupun dibawah tanah yang gelapnya minta ampyun. Ah, saya pun tidak perlu berpanjang lebar mengungkapkan kenyataan di atas, tentunya kamu-kamu semua telah sepakat tentang hal ini. Sepakat bahwa, setiap makhluk pasti mendapatkan rezekinya—jika berusaha—tentunya, lain tidak. Namun ada kalanya orang apriori dengan pernyataan tersebut. Kadangkala ketika manusia sedang ditimpakan rezeki yang berlimpah, maka rezeki itu adalah hasil jerih payahnya dan tidak ada campur tangan sedikit pun dari sang pembuat rezeki—al-Khaliq. Benar, karena orang tersebut telah berusaha dengan keringat ditubuhnya, dia telah berusaha dengan gigih mencari dan memutar otak bahkan sampai sembelit keluar. Bahwa rezeki itu haruslah dijemput, haruslah diraih dengan usaha dan kerja keras. Tapi, apakah hanya dengan kerja keras, apakah hanya dengan modal otot dan otak. Saya rasa terlalu naif jika orang ini hidup di dunia, lebih-lebih di atas buminya Allah, terlalu naif karena orang yang menyatakan hal ini masih mengais di atas bumi dan di kolong langit sang empunya pembuat rezeki. Bagaimana tidak, ketika kamu bekerja di suatu perusahaan bersistem, kamu dihadapkan dengan segudang permasalahn 'pekerjaan'. Pekerjaan ini kian hari kian menumpuk jika seandainya kamu hanya berleha-leha bermalasan tidak mengerjakannya dan tentunya si Bos pasti marah dan kesal dengan tingkah kamu yang tidak mengindahkan perintah. Namun sebaliknya, dengan usaha dan kerja keras kamu, pekerjaan-pekerjaan pun dapat terselesaikan. Semuanya senang dan gembira kepadamu, karena kamu mengerjakan pekerjaan seperti titah si Bos. Lalu apa yang didapat, kamu akan mendapatkan gaji yang selayaknya dan begitu pula tunjangan serta promosi tengah menunggu kamu di luar sana. Apakah naif, jikalau kamu bekerja di suatu perusahaan bersistem tadi, gaji yang diberikan bukan berasal dari kantongnya si Bos? Saya hanya bisa terdiam dan sedikit he..he...

Itu hanya sepersekian contoh yang bisa dijabarkan pada lembar butut ini. Oke, kamu bisa tertawa ketika mendapatkan kehidupan yang layak. Oke, kamu dapat ongkang-ongkang kaki ketika durian runtuh menimpa rumah kamu yang sudah reot. Oke, silakan melipat tangan di depan muka saya ini. Tapi ingat, ada yang lebih menguasai jiwa kamu. Ada yang dapat mencincang tubuh kamu—ketika kamu tidur terlelap di kasur yang tipis dan bau itu—karena kamu tidak pernah akan tahu kapan dan dimana jiwa kamu akan tercerabut dari jasadnya. Takut? Syukur......[pemulungsampahjalanan]

Tambahan: 

Komunisme menganggap, kehidupan setelah di dunia tidak ada lagi. Hal ini sejalan dengan prinsip yang diutarakan Darwin, bahwa keevolusian manusia akan terus bertambah dan terus menerus berubah seiring dengan waktu dan tahun berlalu—namun sampai sekarang—jauh setelah Darwin 'wafat' manusia tidak ada yang berubah sedikit pun. Mengapa sejalan? Karena komunisme telah meletakkan dasar pemikirannya terhadap sesuatu materi yang darinya ada kemudian tiada, begitu pula dengan Darwinisme, sesuatu itu tadinya ada kemudian tiada. Pernyataan kedua ekor ini ditegaskan dengan adanya eksperimen yang menjelaskan bahwa, seekor tikus dan tumbuh dan hidup dari rumput yang ditebas kemudian membusuk di perairan tak mengalir. Kemudian, belatung dapat hidup dan berkembang diatas sekerat daging. Manusia yang meletakkan dasar pemikiran seperti ini sudah pasti telah ditutupi oleh pandangan yang sempit tentang kehidupan. Eksperimen yang dilakukannya—sehingga melahirkan komunisme—terlalu mengada-ada. Tidakkah pernah terpikirkan oleh Darwin, darimana dia lahir dan darimana ibu yang melahirkannya. Seekor Darwin tidak pernah mempertanyakan darimana dia terbentuk, darimana dirinya hidup—dari buaian hingga bangkotan—tidak kah pernah terpikirkan oleh Darwin seperti ini? Karena Darwin hanya memandang kehidupan dari satu mata saja, dan sisi mata yang lain tidak dibukanya lebar-lebar. Hal ini pun sama dengan seorang Muslim—disebelah mata—yang mengaku Islam tapi tidak pernah mengindahkan Syari'at Islam sebagai pandangan hidup—disebelah matanya—lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar